Pengembang Pagari Premium Kos Salvia Demi Keamanan, Upayakan Opsi Perbaikan Jalan untuk Petani

Tembok batas yang dibangun Premium Kos Salvia berbatasan dengan lahan petani. (istimewa)

MALANGVOICE – Pengembang Salvia Premium Kos, Primaland memberikan klarifikasi terkait pembangunan pagar melintang untuk pembatas lahan.

Pembangunan pagar di Jalan Joyo Utomo V, Lowokwaru, Kota Malang itu dinilai petani di sekitar kompleks Salvia merasa resah karena menghalangi jalan.

Head Legal Primaland, Yanuar Risyahwan, menjelaskan, pembangunan pagar itu merupakan upaya menjaga keamanan di kawasan kompleks Salvia Premium Kos.

Baca Juga: Manajemen Arema Luncurkan Slogan 36 Tahun Singo Edan, Bismillah Bangkit

KPU Peringatkan Jangan Asal Pasang Atribut Kampanye

Diketahui, Salvia Premium Kos merupakan hunian ekslusif dengan konsep one gate system.

“Kami membangun kompleks itu mulai 2020, sekarang progresnya sudah 85 persen dan mulai ada penghuni di dalam. Kami menerapkan one gate system agar menjaga keamanan di sana,” kata Yayan, sapaan akrabnya.

Sebelum diberi pagar, para petani sering melintas di kawasan itu karena dinilai lebih cepat. Dengan adanya pagar dari Salvia, para petani harus memutar lebih jauh dan ada kendala jalan rusak.

Yayan mengaku, batas pagar yang didirikan itu sebenarnya bukanlah jalan umum, melainkan memang tanah milik Primaland. Di sebelahnya ada saluran irigasi yang masih bisa digunakan.

“Kami sebetulnya sudah memiliki izin SHGB dari Kantor ATR/BPN Kota Malang. Untuk area Salvia Premium Kos, memang berbatasan dengan irigasi, bukan jalan umum atau fasilitas umum. Demi keamanan, oleh sebab itu kami tutup,” jelasnya.

Beberapa kali mediasi dilakukan antara petani, perangkat daerah, hingga bersama kepolisian untuk memecahkan masalah ini. Pihak Primaland menyatakan siap membantu fasilitasi para petani untuk memperbaiki jalan di sisi utara.

“Rencananya, kami akan mediasi lagi dengan opsi yang kami tawarkan tadi setelah 17 Agustus nanti. Karena masih sibuk agenda peringatan HUT Kemerdekaan RI,” tambahnya.

Sementara itu, salah satu petani bernama Edy Purnomo, 50, mengatakan bahwa tuntutan petani hanya satu saja. “Kami ingin aksesnya dibuka kembali. Karena kalau lewat di sisi utara lahan, petani sering jatuh dan terperosok.(der)