Penemuan Yoni, Arkeolog: Dinoyo Punya Banyak Kisah Sejarah

MALANGVOICE – Terkait dengan penemuan benda purbakala berupa Yoni di SDN Dinoyo 1, Arkeolog Universitas Negeri Malang (UM) Dwi Cahyono menyatakan jika hal tersebut menjadi bukti bahwa kawasan Dinoyo pada abad ke delapan sudah menjadi pusat peradaban.

“Di sana kan sebelumnya juga ditemukan Yoni. Sementara daerah Dinoyo sendiri banyak kisahnya. Dinoyo menjadi pusat peradaban sejak abad ke delapan pada masa Kerajaan Kanjuruhan,” ujarnya.

Lebih lanjut, Dwi menjelaskan, ternyata SDN Dinoyo 1 dahulu adalah ‘Sekolah Kanjuruan’. Ia menyebutkan bahwa pergantian nama sekolah tersebut dirubah sejak masa orde baru. “Pemberian nama tentu erat kaitannya dengan sejarah tempat tersebut,” tegasnya.

Perlu diketahui, Yoni merupakan simbol sakti dari candi sekte Hindhu Shiwa, yang menggambarkan istri Dewa Shiwa yaitu Parwati. Yoni harusnya memiliki perangkat lain yaitu Lingga, bentuknya silidris dan kemungkinan masih dapat ditemukan di sekitar lokasi temuan tersebut. Sebutan umumnya Lingga Yoni, Lingga simbol dari Dewa Shiwa dan Yoni simbol dari istrinya Parwati.

Yoni merupakan nama dari lumpang, sedangkan Lingga melekat pada alu, keduanya terbuat dari batu. Dalam mithologi Hindu, Lingga merupakan alat kemaluan pria (lat: phallus, lambang siwa sebagai dewa semesta ). Sedangkan Yoni merupakan alat kelamin wanita sebagai tara atau timbalan dan merupakan lambang sakti atau prakarti yang dijabarkan dalam bentuk unsur kewanitaan

Selain itu, Lingga Yoni juga merupakan simbol persatuan antara maskulinitas dan feminisme. Untuk itu, Lingga Yoni juga merupakan simbol kesuburan, baik itu kesuburan tanaman maupun kesuburan manusia. Tak heran jika Lingga Yoni kerap menjadi bagian dari ritual petani atau masyarakat yang ingin mendapat momongan. Lingga Yoni sendiri diletakkan tepat pada pusat sebuah bangunan suci.

“Bisa saja letak temuan Yoni di SDN Dinoyo 1 menjadi pusat sebuah bangunan suci, jika dilihat dari ukurannya kurang lebih seperti yang ada di Candi Badut. Mungkin berada tepat dibawah bangunan ruang Kepala Sekolah, kalau luas situsnya bisa sampai tandon air sebelah baratnya. Dan tepat saja, bangunan suci dekat dengan sumber air,” paparnya.

Beberapa tahun lalu, Yoni di SDN Dinoyo 1 sempat dipindahkan ke Museum Empu Purwa, namun usaha ini gagal karena ukuran Yoni yang terbilang besar. Bahkan, saat proses pemindahan pun Yoni mengalami sedikit kerusakan. Ia pun melanjutkan jika sebuah Arca dan Lingga sudah dipindahkan ke Museum Empu Purwa. Bahkan, dahulu sempat ditemukan sejumlah perhiasan perunggu berupa kalung dan anting. Namun belum sempat diambil, dan bangunannya sudah dijadikan dua lantai.

“Saya memiliki saran kepada Dinas Pendidikan agar digali bagian kaki Candi di sekitar Yoni tersebut, agar dapat diketahui struktur bangunan Candi secara keseluruhan,” pungkasnya. L(Hmz/Aka)

spot_img

Berita Terkini

Arikel Terkait