Pasar Andhong, Suguhkan Aneka Jajanan Tempo Dulu

Salah satu penjual cenil di Pasar Andong yang sedang melayani pembelinya (Ayun)

MALANGVOICE – Tak hanya sebagai tempat wisata. Kampung wisata ‘De Berran’, yang berada di Godorejo, Desa Oro-oro Ombo, Kota Batu juga mengenalkan jajanan tempo dulu. Di sana, warga menjual berbagai makanan dan minuman serta alat-alatnya bernuansa tempo dulu. Seperti cenil, minuman dawet, klanting dan lainnya.

Menariknya, warga yang membeli harus dengan mata uang zaman dahulu yang masih dalam bentuk sen. Meski begitu, warga yang ingin membeli tak perlu khawatir. Begitu sudah masuk, petugas pintu masuk akan memberikan lima lembar uang pecahan 1, 2, 3, 5 dan 10 sen.

Diketahui, harga per item makanan dan minuman yang dijual pun berbeda-beda. Misalnya saja seperti jajan cenil yang dipatok dengan harga 2 sen dan dawet harganya 5 sen.

Adanya pasar Andhong tersebut pun menggugah masyarakat. Baik mereka yang penasaran atau ingin mengenang masa tempo dahulu. Seperti yang dirasakan Aris Badar Risqullah, warga Gondorejo, Desa Oro-oro Ombo, Kota Batu itu.

“Jadi ikut merasakan kalau mau beli makanan dan minuman itu pakai uang itu. Apalagi, wadahnya juga menggunakan daun. Serasa zaman dulu,” ungkapnya sambil tertawa.

“Terus, ditambah para penjualnya yang rata-rata memakai kebaya. Kesan tempo dulunya jadi sangat kental dan begitu terasa,” imbuhnya.

Adanya pasar ini ditempatkan di tempat wisata selain menarik wisatawan juga memberikan kesan agar tempat wisata itu menarik.

Selain itu, wadah untuk makanan dan minuman rata-rata tidak menggunakan barang pecah belah atau plastik. Melainkan menggunakan bahan seperti dedaunan. Selain ramah lingkungan, juga tidak terlalu banyak sampah yang dibuang.

Selain itu pastinya juga memberikan edukasi ke masyarakat untuk mengurangi sampah plastik.

Sogik Sugiono, pengelola Kampung Wisata De Berran mengatakan bahwa gagasan Pasar Andhong ini memang baru pertama dibuat di tempat wisata ini. Dengan tujuan untuk meramaikan tempat wisata dan mengenalkan berbagai macam kuliner khas daerah.

“Pasar tradisional di sini cuma pas hari Minggu saja. Kalau hari lain mereka biasanya jualan dipasar,” ucapnya.

“Selain itu, kami juga ingin membantu perekonomian masyarakat sekitar yang sekaligus juga mengenalkan kepada generasi muda makanan khas Indonesia tempo dulu ini,” pungkasnya.(Der/Aka)