Mbois! lewat Uru-Uru SMKN 3 Batu Sabet Juara Film Pendek Nasional

Hanny Aulia Ningtyas dan Nadia Bunga menunjukkan piala Juara I Lomba Film Pendek, Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N). (Aziz Ramadani/MVoice)
Hanny Aulia Ningtyas dan Nadia Bunga menunjukkan piala Juara I Lomba Film Pendek, Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N). (Aziz Ramadani/MVoice)

MALANGVOICE – SMKN 3 Batu kembali menambah koleksi piala film pendek di Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) 2018 tingkat SMK. Karya berjudul Uru-Uru sukses mengantarkan prestasi membanggakan tersebut.

Tim terdiri 7 siswa kelas XII jurusan Broadcasting itu sukses menyisihkan 26 sekolah peserta lain. Adalah Hanny Aulia Ningtyas sebagai produser, Nadia Bunga sebagai sutradara, Fitra Kurniawan sebagai cameraman, Allisya Damayanti sebagai penata artistik, Kevin Dio Achmad sebagai penata suara, Rio Reza Setyawan sebagai lightman, dan Nurrohmat Adi sebagai editor. Lomba diadakan di GOR Harapan Banda Aceh, Juli lalu.

Film berdurasi 9 menit 59 detik itu angkat budaya Uru-Uru atau timang-timang. Gagasannya berangkat dari kegelisahan mereka sekaligus kerinduan terhadap budaya yang dialami semasa kecil.

“Namun saat ini budaya itu luntur. Kebanyakan anak-anak ketika merengek justru malah diberi gadget,” kata Hanny.

“Ini ide bersama kami. Kami merasa merindukan masa itu. Dan saat ini juga sudah jarang terlihat, bahkan hampir hilang di masyarakat,” imbuhnya.

Film ini menceritakan tentang tokoh utama bernama Rara berusia 7 tahun. Yang sejak kecil tinggal bersama neneknya. Saat itu pula Rara ditimang-timang disertai tembang Jawa berjudul Dandang Gulo. Namun, setelah sang nenek meninggal dunia, Rara kembali ke rumah dan tinggal bersama mamanya.

“Nah, mamanya Rara ini selalu sibuk dengan pekerjaannya dan jarang menghiraukan si Rara. Tentu Rara merasa kesepian dan teringat dengan kenangan bersama neneknya,” sambung Hanny.

Beruntunglah, Rara dititipi buku aksara Jawa oleh mediang neneknya. Rara mulai termotivasi mempelajari bahasa Jawa dan berkonsultasi dengan gurunya. Hari demi hari Rara akhirnya belajar dan bisa mengenal aksara Jawa dan tembang-tembang Jawa yang mengandung pesan moral.

Sutradara Uru-Uru, Nadia Bunga menambahkan, proses pembuatan film ini memakan enam bulan lamanya. Selama proses pembuatan film ini beberapa kendala juga dialami. Seperti mencocokkan pemeran dengan perannya hingga soal lokasi syuting.

“Tetapi secara keseluruhan kendala teknis bisa kami atasi” tutupnya.(Hmz/Aka)