Mantan TKW Buka Yayasan Demi Rawat Bayi dan Lansia Terlantar

Nur Miftahul Jannah bersama anak-anak asuhnya di Yayasan KNJH. (Lisdya Shelly)

MALANGVOICE – Nur Miftahul Jannah (34), mantan tenaga kerja wanita (TKW) asal Kota Malang, rela membagi sebagian hidupnya untuk mengurus dan merawat orang yang membutuhkan.

Sejak tahun 2010 yayasan yang diberi nama Peduli Kasih Kisah Nyata dan Jeritan Hati (KNJH), ini khusus merawat anak-anak dan lansia yang terlantar.

Dari tujuh lansia, tiga di antaranya tengah menjalani perawatan di rumah sakit dan sisanya masih bertahan di yayasan.

“Sisa lansia di sini mereka mengalami lumpuh. Mereka semua hidup sebatang kara,” tegas Mifta kepada MVoice, Sabtu (21/4).

Terlihat ada empat tempat tidur dikhususkan bagi pasien berat. Tempat tidur itu bisa diatur posisinya dengan fungsi hidrolik. Sementara untuk pasien ringan dan anak-anak menempati tempat tidur biasa.

Mifta juga memiliki kursi roda, tabung oksigen, peralatan medis, dan mobil ambulans. Selain itu juga memiliki mobil jenis minibus dipakai antar jemput pasien.

Rumah yang dipakai sebagai tempat perawatan pasien itu berada di Jalan Muharto Gang V RT 03/ RW 10 Kelurahan Kota Lama, Kecamatan Kedung Kandang, Kota Malang. Ibu satu anak ini juga merawat bayi-bayi terlantar dibuang orangtuanya. Keseluruhan berjumlah 45 anak, tetapi hanya 25 anak yang tinggal serumah.

“Ada anak yatim piatu yang masih memiliki nenek dan kakeknya. Mereka masih tinggal bersama kerabatnya. Tetapi biaya sekolah dan kebutuhan kami tanggung. Kalau yang tinggal di sini bayi-bayi yang terlantar,” ujar Mifta.

Sebelumnya, Mifta menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Hong Kong dan Singapore selama 14 tahun. Hasil kerjanya itu sepenuhnya dipakai untuk kegiatan sosial. Sebab, sejak berangkat sebagai TKW, dia memang berniat mencari uang untuk mendirikan yayasan sosial.

“Memang niat awalnya ingin membuat yayasan sosial. Awalnya sih ingin panti asuhan, bayi yang tidak diinginkan orangtuanya atau apa gitu,” imbuhnya.

Mifta dan suaminya, Syaiful Bahri (37), melakukan survei sebelum memutuskan menolong orang tak mampu. Karena semua akan berpengaruh kepada keuangan harus dikeluarkannya.

“Tapi kami juga dibantu para donatur, sebagian semua ini juga dari donatur,” pungkasnya.

Mifta yakin dengan apa yang dilakukannya itu semata-mata untuk meringankan beban orang yang membutuhkan, sehingga nasib yang pernah dialami ibunya yang terlunta-lunta akibat sakit kanker tidak sampai menimpa orang lain.(Der/Ery)