Mahasiswa Polinema Ubah Limbah Kulit Jeruk Menjadi Bioetanol

Proses pengolahan kulit jeruk menjadi bioetanol. (istimewa)

MALANGVOICE – Tiga mahasiswa Politeknik Negeri Malang (Polinema) sukses memanfaatkan limbah kulit jeruk untuk digunakan sebagai bioetanol.

Mahasiswa ini berasal dari Jurusan Teknik Kimia melalui Program Kreativitas Mahasiswa Riset Eksakta (PKM-RE). PKM-RE adalah program kreativitas mahasiswa yang mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai konsep riset yang benar.

Tim yang dibimbing Khalimatus Sa’diyah, ST., MT. ini terdiri dari Rizki Bagus Maulana dan Prasasti Valentina Gustama dari Prodi D-III Teknik Kimia serta Syayyidah Fatimatuz Zahro dari Prodi D-IV Teknologi Kimia Industri.

“Kegiatan ini kami lakukan pada 13 Juni – 30 September 2022 yang berlokasi di Laboratorium Bioproses, Laboratorium Kimia Organik, dan Laboratorium Analisis Instrumental Polinema,” kata Rizki Bagus Maulana.

Selain membantu mengurangi limbah kulit jeruk, produksi bioetanol ini juga membantu pedagang es jeruk peras mengurangi biaya retribusi limbah.

“Hasil riset dapat dijadikan sebagai bahan rujukan penelitian lebih lanjut serta berkontribusi terhadap ilmu pengetahuan. Produk bioetanol dari kulit jeruk juga dapat menjadi energi alternatif yang ramah lingkungan,” kata Syayyidah Fatimatuz Zahro.

Tim ini melakukan riset produksi bioetanol dengan menggunakan metode Simultaneous Saccharification and Fermentation (SSF). Metode SSF merupakan kombinasi antara proses hidrolisis secara enzimatik menggunakan enzim selulase Trametes versicolor dan proses fermentasi gula menjadi bioetanol menggunakan Saccharomyces cerevisiae yang dilakukan secara simultan.

Produksi bioetanol dari kulit jeruk memanfaatkan enzim selulase Trametes versicolor sebagai biokatalisator dan proses hidrolisis enzim. Berlimpahnya limbah kulit jeruk peras di wilayah Kota Batu dan Kota Malang menjadi latar belakang tim ini melakukan riset. Kulit jeruk memiliki kandungan senyawa lignoselulosa seperti selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Tingginya kandungan selulosa pada kulit jeruk menjadikan kulit jeruk sebagai bahan baku berpotensial dalam pembuatan bioetanol generasi kedua.

“Kami melakukan proses konversi biomassa yang mengandung lignoselulosa pada kulit jeruk dan terdiri dari tiga tahapan utama yaitu pretreatment, hidrolisis selulosa dan hemiselulosa menjadi gula sederhana, serta fermentasi gula sederhana menjadi produk bioetanol,” jelas Prasasti Valentina Gustama.

Proses pretreatment bertujuan untuk menghilangkan sisa lignin yang dapat menghambat kinerja enzim, sehingga akan mempermudah dalam proses hidrolisis serta fermentasi. Salah satunya, yaitu dengan bantuan dari jamur Trametes versicolor yang efektif dalam mendegradasi lignin.

Proses produksi bioetanol dilakukan dengan menggunakan metode Simultaneous Saccharification and Fermentation (SSF). Metode SSF merupakan kombinasi antara proses hidrolisis secara enzimatik menggunakan enzim selulase Trametes versicolor dan proses fermentasi gula menjadi bioetanol menggunakan Saccharomyces cerevisiae yang dilakukan secara simultan.

Menurut Khalimatus Sa’diyah, ST., MT. produksi bioetanol merupakan sumber energi terbarukan yang pemanfaatannya sangat luas. Banyak kajian yang dibutuhkan untuk meningkatkan produksi bioetanol, salah satunya adalah bahan baku.

“Penggunaan kulit jeruk merupakan salah satu langkah konkrit untuk menambah nilai guna limbah menjadi bioetanol. Semoga ke depan penelitian ini bisa dikembangkan sehingga didapatkan yield bioetanol yang tinggi,” tutupnya.(der)