KKN UMM Kelompok 18 Ikut Sosialisasi Pentingnya Bank Sampah

MALANGVOICE-Sampah kerap  menjadi masalah yang menganggu kenyamanan lingkungan. Banyaknya produksi sampah serta minimnya kemampuan mengolah dengan baik, akhirnya menimbulkan masalah, seperti banjir dan gangguan kesehatan.

Menyikapi masalah itu, mahasiswa KKN (Kuliah Kerja Nyata) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Kelompok 18 mengadakan kunjungan ke Bank Sampah di Dusun Pagak, Pasuruan, Jawa Timur.

Ide bank sampah awalnya menuai pro dan kontra, banyak masyarakat tidak setuju. Namun usaha dari Ibu-Ibu PKK mensosialisasikan manfaat adanya bank sampah, akhirnya berhasil memicu perhatian masyarakat, hingga sampai tiga tahun ini Bank Sampah TPI BISA terus berlangsung di Perum Taman Permata Indah, Dusun Pagak, Pasuruan.

Organisasi bank sampah yang beranggotakan 5 orang ini didirikan sejak 3 tahun lalu, pada 16 Juli 2013, “Ada pro dan kontra. Saya sebagai ketua pkk, ingin ibu-ibu ada kegiatan, biar tidak monoton arisan saja. Makanyabank sampah didirikan, lalu ada daur ulang yang akhirnya jadi keterampilan,” tutur Dewi Mashito Ketua Organisasi Bank Sampah TPI BISA.

Mekanisme kerjanya, masyarakat datang membawa sampah, disebut sebagai nasabah, dan sampah yang dibawa adalah tabungan sampah. Tapi bukan sembarang sampah bisa ditabung, karena hanya sampah,kering.

Ada kategori tersendiri, diantaranya botol sirup, gelas plastik, botol plastik, buku bekas, dan lain sebagainya. Sampah-sampah kering yang sudah terkumpul akan dipilah menjadi beberapa bagian, seperti botol, tutup botol, dan label botol.

Tabungan sampah yang sudah dikumpulkan nasabah akan ditimbang, dengan harga mulai Rp 300 per kilogram hingga Rp 35 ribu per kilogram, tergantung jenis sampah yang disetor.

Sampah yang terkumpul di bank sampah  kemudian diserahkan kepada pengepul. Hasil setoran sampah kering dari Bank Sampah TPI BISA hingga mencapai Rp 500 ribu per hari. Uang yang dihasilkan dari bank sampah akan dikelola untuk keperluan nasabah sendiri, seperti simpan pinjam.

Tak hanya mengumpulkan, memilah, dan menyetorkan sampah kepada pengepul, ibu-ibu juga kreatif mengolah sampah menjadi bahan daur ulang hingga menjadi barang bermanfaat, seperti membuat bunga dari botol plastik, membuat karpet dari tutup botol galon, membuat tas dari bungkus jajan dan sebagainya.

“Semoga bank sampah ini terus berkembang, sehingga banyak desa yang mendirikan bank sampah juga, apalagi mendapatkan banyak dukungan dari badan-badan yang terkait seperti BLH (Badan Lingkungan Hidup),” tutur Dewi Mashito.

spot_img

Berita Terkini

Arikel Terkait