Kisah Arif Setyo Budi, Breakdancer Satu Kaki dengan Segudang Prestasi

Arif Seetyo Budi menceritakan kisahnya di UB. (Anja A)

MALANGVOICE – Breakdance, breaking, B-boying atau B-girling adalah gaya tari jalanan yang muncul sebagai bagian dari gerakan hip hop. Tarian ini membutuhkan momentum dan kekuatan fisik tangan dan kaki. Lalu apa jadinya jika si penari tidak memiliki kaki?

Ialah Arif Setyo Budi (30), seorang breakdancer atau B-Boy asal Sukun, Kota Malang yang mampu menari breakdance dengan satu kaki. Baginya, cacat fisik bukan berarti cacat segala-galanya. Ditemui MVoice saat Talk Show Social Human Prize 2017 di Universitas Brawijaya (UB), Selasa (5/12) pria yang juga beriwirausaha ini menceritakan kisahnya.

Ketika itu, tahun 2007, saat baru bekerja di bagian produksi salah satu pabrik plastik di Krian, Kabupaten Sidoarjo, Arif yang masih berusia 20 tahun mengalami kecelakaan kerja. Paha bawahnya yang terselip pada salah satu mesin produksi hingga putus dan harus diamputasi. Saat itu, ia menjalani operasi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr Soetomo, Surabaya.

Setelah tidak memiliki kaki kanan, Arif harus mengakhiri pekerjaannya. Ia dikeluarkan dari perusahaan tempatnya bekerja dengan sejumlah pesangon.

Hingga kemudian, pria kelahiran Malang, 15 Mei 1987 itu memilih untuk menjalani hari-harinya dengan membuka usaha. Melalui uang pesangon yang didapat, ia lalu membuka Warung Internet atau Warnet di rumahnya yang ada di Ngaglik Kelurahan Sukun, Kecamatan Sukun, Kota Malang.

“Ini sudah jalannya Allah. Ini yang membuat saya tidak sempat frustasi. Ya saya biasa saja. Saya langsung berpikir buat usaha. Lalu langsung buka warnet di rumah pakai uang pesangon tadi,” imbuhnya.

Memiliki usaha sendiri justru menjadi keuntungan tersendiri bagi Arif. Selain tidak bergantung pada orang lain, ia lebih memiliki banyak waktu luang. Hal itu yang membuat pria jangkung itu menemukan kembali hobi lamanya sebagai seorang breakdance atau B-Boy.

Tidak seperti dulu saat ia masih memiliki kaki lengkap. Arif harus menjalani hobinya dengan sisa satu kaki yang dimilikinya.

“Tahun 2008, awalnya ada salah satu teman ngajak ke tempat latihan (breakdance) di Matos (Mall Malang Town Square), dari situ muncul rasa ingin coba lagi. Sempat kesulitan karena awalnya dua kaki. Harus menyesuaikan dengan satu kaki. Cuma karena sebelumnya sudah punya dasar-dasarnya, sudah paham basic-nya tinggal menyesuaikan saja dengan satu kaki,” ungkapnya.

Dikatakannya, ada gerakan breakdance yang tanpa memakai tongkat. Namun ada pula gerakan yang harus memakai tongkat. Gerakan-gerakan itu sebagai variasi dari dirinya yang breakdance dengan satu kaki.

Sejak saat itu, Arif mulai rajin latihan breakdance dengan satu kaki. Lalu pada tahun 2009, ia bersama teman-temannya membuat komunitas B-Boy yang diberi nama Malang Breakin. Ia juga membuat tim untuk mendampinginya saat perform dalam sebuah event. Tim itu diberi nama Piramid Soulz.

Melalui komunitas dan timnya itu, Arif mengikuti sejumlah even lokal maupun nasional. Seperti even di Jakarta, Bandung, Semarang, Solo, Surabaya, Bali, dan sejumlah tempat lainnya.

Tak jarang, Arif menjadi juara dalam event-eventyang dilombakan. Di antaranya ia meraih juara 2 berturut-turut dalam kompetisi LA Street Ball B-Boy Bettle tingkat Jawa Timur di Malang tahun 2010 dan 2011. Ia juga mendapat penghargaan sebagai orang inspiratif dari salah satu radio yang ada di Malang pada tahun 2013. Arif juga pernah menjadi 48 besar dalam lomba Indonesia Mencari Bakat. Salut!(Der/Yei)