Kiat Guru SDN 3 Blimbing Ajak Siswanya Rajin Menulis dan Membaca

Sumiatun bersama siswanya. (Anja a)
Sumiatun bersama siswanya. (Anja a)

MALANGVOICE – Budaya literasi, khususnya membaca dan menulis di kalangan masyarakat masih lemah. Masyarakat, bahkan siswa di sekolah pun masih banyak yang enggan untuk membaca.

Meski perpustakaan tersedia, beragam buku aneka cerita dan topik juga tersedia, kendalanya ada pada bagaimana membiasakan siswa untuk membaca. Pembiasaan ini menjadi salah satu tugas tenaga pendidik di sekolah.

Guru kelas SDN 3 Blimbing, Sumiatun, juga mengalami tantangan ini. Menurut dia, di era perkembangan teknologi terutama gadget yang semakin maju, guru dituntut semakin kreatif dan inovatif untuk mengajak siswa membaca dan menulis.

Sumiatun adalah guru kelas di SDN 3 Blimbing. (Anja a)
Sumiatun adalah guru kelas di SDN 3 Blimbing. (Anja a)

‘’Masih sulit untuk mengajak gemar membaca dan menulis. Padahal, membaca sangat penting untuk menambah pengetahuan,’’ ujar wanita yang juga nomine Diseminasi Literasi Nasional 2017.

Ajakan dan motivasi untuk membaca dan menulis selalu dia berikan kepada siswa. Salah satu cara yang biasa dia praktikkan adalah mengiming-imingi siswanya dengan manfaat membaca dan menulis. Sumiatun senang membagikan pengalaman dan prestasinya dalam bidang menulis. Itulah yang membuat siswanya kagum dan terpacu.

“Biasanya pas di kelas, saya selalu iming-iming mereka. Saya bilang ‘lewat menulis, bu guru ini bisa naik pesawat gratis loh bisa dapat laptop gratis’. Soalnya 2014 lalu saya pernah masuk finalis inovasin pembelajaran di Batam. Begitu saja anak-anak bisa semangat,” kata dia.

Menurut Sumiatun, budaya literasi juga menjadi tugas orangtua. Seringkali orangtua memberikan gadget untuk anak-anak tanpa pendampingan. Sehingga tak jarang, gadget itu tak dimanfaatkan untuk kegiatan membaca, melainkan main game yang tidak terarah.

Sumiatun menyarankan, orangtua mengarahkan anak-anak memainkan game atau membuka game yang mengacu pada literasi. Literasi bukan hanya membaca, lanjut dia. Literasi juga kemampuan untuk memahami konsep dan kemampuan untuk peka dan tanggap pada lingkungan.

“Ada game-game menarik soal berhitung, penjumlahan dan pengurahan kurang dari 20. Meski sepele, dampaknya luar biasa untuk anak. Ini memberikan konsep hitung dan bilangan 0-9. Konsep dan pemahaman inilah yang juga harus ditanamkan pada anak,” imbuhnya.(Der/Aka)