MALANGVOICE– Kota Batu dilanda 122 kejadian bencana sepanjang 2024. Mayoritas bencana diwarnai kejadian tanah longsor sebanyak 56 kali atau 46 persen. Disusul cuaca ekstrem angin kencang 28 kali atau 23 persen. Bencana banjir menempati urutan ketiga sebanyak 22 peristiwa atau 18 persen. Berikutnya, kebakaran bangunan sebanyak 10 peristiwa atau 8 persen dan kebakaran hutan lahan sebanyak 6 kejadian atau 5 persen.
Kepala BPBD Kota Batu, Agung Sedayu mengatakan, Kecamatan Bumiaji merupakan wilayah yang paling banyak dilanda bencana. Yakni 58 kejadian bencana sepanjang tahun 2024. Kemudian disusul Kecamatan Batu sebanyak 44 kejadian dan Kecamatan Junrejo sebanyak 20 kejadian.
Sebagai langkah antisipasi kebencanaan, Agung menyampaikan, BPBD Kota Batu melakukan sejumlah kegiatan pada fase pra bencana. Diantaranya pendampingan survey mikroseismik, pendampingan destana Kelurahan Sisir, koordinasi dan sinkronasi data renkon Gunung Api Arjuno – Welirang dan menyelenggarakan Disaster Forum Academy (FIFA).
Dalam kegiatan fase pra bencana juga terdapat sejumlah kegiatan yang dilakukan diantaranya, latihan pencegahan dan kesiapsiagaan, satuan pendidikan aman bencana, inovasi unggana, montana dan botuna, apel kesiapsiagaan dan dimulasi bencana sarta kajian risiko bencana.
Lebih lanjut, Agung juga memaparkan, dari dampak kejadian bencana tersebut yang dilanjut hingga penanganan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana ada sebanyak 26 titik lokasi. Dengan progres penanganan 100 persen di 25 titik dan progress 50 persen di satu titik lokasi.
“Untuk progres penanganan 100 persen diantaranya ada 14 fasilitas umum, sembilan rumah warga, dua fasilitas umum/rumah warga dan satu tempat usaha. Sementara untuk progres penanganan 50 persen dilaksanakan di satu fasilitas umum,” paparnya.
Agung mengungkapkan, dalam proses rehabilitasi dan rekonstruksi, BPBD Kota Batu rutin melakukan pendampingan. Ini dilakukan guna memastikan pembangunan yang dilakukan memenuhi prinsip ‘Build Back Better’.
Di sisi lain, dia juga menyampaikan, berdasarkan analisis BMKG Stasiun Meteorologi Kelas I Juanda, saat ini sebagian wilayah Jawa Timur telah memasuki puncak musim hujan yang diprediksi hingga bulan Februari 2025.
BMKG menghimbau kepada masyarakat agar senantiasa waspada terhadap potensi cuaca ekstrem, berupa hujan sedang hingga lebat yang disertai petir dan angin kencang.
“Mari kita tingkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan kita dalam menghadapi setiap ancaman bencana yang terjadi,” pungkas Agung.(der)