Ini Dia Kronologi Tewasnya Dua Mahasiswa UINSA Surabaya

Petugas ketika melakukan rekonstruksi di tempat peristirahatan pertama kedua korban sebeluk dibawa ke dapur induk di hutan jati RPH Rejosari, Kabupaten Malang.(Miski)

MALANGVOICE – Kegiatan Diklatsar Mahasiswa Pecinta Alam Sunan Ampel (Mapalsa) UIN Sunan Ampel Surabaya, berlangsung sejak Rabu (14/10) hingga Minggu (18/10).

Sebanyak 19 peserta terdiri dari 9 orang laki-laki dan 10 perempuan, berangkat dari kampus sekitar pukul 12.00 siang menggunakan bus. Sesampainya di sekitar bendungan Sengguruh, Kabupaten Malang, peserta dan panitia istirahat sekaligus menyantap makan siang.

Setelah itu dilanjutkan jalan kaki menuju Lembah Kera dan baru sampai di lokasi menjelang petang. Lantas peserta mendirikan camp pertama sembari istirahat.

Kamis pukul 04.30 pagi kegiatan dimulai, meliputi sholat, masak, makan dan packing peralatan, dilanjut senam. Kemudian perjalanan dilanjut ke tebing Lembah Kera dengan waktu sekitar 30 menit. Selanjutnya mengikuti giat panjat tebing, kecuali Yudi Akbar Rizky, karena menderita penyakit bronkitis stadium 2.

Pukul 14.00 WIB, peserta mandi di sungai sekitar sambil istirahat dan makan siang. Setelah itu materi navigasi dilangsungkan di simpang lima, bawah kaki Gunung Slamet. Perjalanan dari Lembah Kera ke Gunung Slamet memakan waktu 45 menit. Kemudian balik ke tengah (Lembah Kera-Gunung Slamet) untuk materi konservasi, berlangsung hingga pukul 18.00 WIB.

Acara dilanjutkan materi navigasi malam sampai pukul 21.00, kemudiam mendirikan cam kedua di simpang lima.

Selanjutnya, hari Jumat, peserta mengikuti kegiatan rutin pagi. Pukul 07.00 berangkat ke puncak Gunung Slamet guna mengikuti materi montenering, kedua korban (Yudi dan Lutfi) masih ikut. Usai menggelar upacara kemudian peserta berjalan kaki menuruni Gunung Slamet, untuk menerima materi bivoac alam sekitar pukul 09.00-10.00.

Selanjutnya peserta menerima materi SAR PPGD (simulasi menyelamatkan korban) hingga pukul 14.00. Dilanjutkan semua peserta istirahat, tepatnya di jalan sapi dan pukul 16.00 mengikuti lintas kering. Kecuali Yudi dan Lutfi, peserta lain meneruskan perjalanan ke Gua dekat makam Ijen.

“Di lembah setan Yudi sudah batuk darah, kami tanya sanggup apa tidak, ternyata kondisinya sudah terlihat kelelahan akhirnya pukul 18.00 dibawa ke dapur induk. Sedangkan Lutfi pasca mengikuti materi SAR PPGD kami evakuasi ke dapur induk juga,” cerita Ketua Mapalsa, Pramudya.

Lanjut hari Sabtu. Pukul 08.00 WIB usai sarapan, keduanya diantar ke tebing merdeka menggunakan sepeda motor, karena peserta lainnya sedangengikuti giat rapling.

“Mereka berdua diminta lihat saja, karena kondisinya tidak memungkinkan,” jelasnya.

Usai bergabung dengan peserta lain, pukul 13.00 seluruh peserta balik ke dapur induk dengan jalan kaki, kecuali Yudi dan Lutfi.

“Yudi izin ke kami jika mau minum obat dan istirahat, sekita pukul 16.00 kami bangunkan, tetapi gak bangun-bangun dan akhirnya kami larikan ke Rumah Sakit Wava Husada,” ungkapnya lebih lanjut.

Selang sejam kemudian, giliran Lutfi mengeluh dan akhirnya kami bawa ke RS Wava Husada. Naas, korban tidak dapat diselamatkan.

Dikatakan, selama kegiatan tiap peserta mendapatkan jatah air minum dengan ukuran botol air isi 1,5 liter setiap harinya.

“Tidak benar jika jatah airnya kurang, terkait temuan tim medis karena dehidrasi dan kelelahan kami tidak tahu,” paparnya.

Dipilihnya Wana Wisata Sumuran RPH Rejosari, Dusun Bekur, Desa Sumberejo, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang, sebagai tempat Diklatsar, karena lokasinya memenuhi referensi. Apalagi, setiap tahun rutim dilangsungkan di sini.

“Tempat ini memenuhi standar dari 6 divisi di Mapalsa, meliputi ada lokasi panjat tebing, susur gua, konservasi, navigasi, SAR PPGD. Hanya minus rafting,” jelasnya.

Yudi Akbar Rizky (18) merupakan mahasiswa semestwr 1 jurusan Psikologi Fakultas Psikologi dan Kesehatan. Sedangkan, Lutfi Rahmawati mahasiswa semester 1 jurusan Matematika Fakultas Saintek.