Gus Dur adalah Guru Bangsa yang Inspiratif

Ketua DPC PKB Kabupaten Malang, Ali Ahmad (Istimewa)

MALANGVOICE – Sosok Presiden Republik Indonesia ke 4, Abdurrahman Wahid, atau yang lebih popular dengan sebutan Gus Dur, merupakan tokoh panutan yang sangat dihormati oleh banyak kalangan karena pengabdiannya kepada masyarakat, demokrasi, dan Islam toleran.

Bagi Ketua DPC PKB Kabupaten Malang, H Ali Ahmad, sosok Gus Dur adalah guru bangsa yang inspiratif. Pria yang juga pengasuh Ponpes Alhidayah Karangploso itu pun menyebut mantan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai salah seorang tokoh pluralisme. Ia pun memuji pemikiran Gus Dur yang jauh ke depan.

“Pikiran-pikiran kemajemukan, pluralisme dari Gus Dur selalu menjadi ingatan dan menjadi contoh ketauladanan bagaimana membina bangsa ini,” ujar Gus Ali sapaan akrabnya dalam Haul Gus Dur ke 9 di di aula kantor Dewan Pengurus Cabang (DPC) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Kabupaten Malang, di Jalan Panglima Sudirman 77, Kepanjen, Minggu (30/12/2018).

Menurutnya, Gus Dur mewariskan banyak hal pada kita semua, warisan tersebut adalah, pertama, daya tahan kekuatan kemandirian yang dimiliki Gus Dur. Kedua, kiprah Gus Dur yang menyatukan Islam dan kebangsaan dalam satu visi yang utuh. Dan ketiga, menjadikan demokrasi sebagai solusi yang terus dikembangkan menjadi tradisi dan kultur politik nasional dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) adalah reperesntasinya.

Menurutnya, PKB memang salah satu warisan Gus Dur sebagai partai rahmatan lil ‘alamin yang berjuang melalui politik.

“PKB ini ditinggalkan Gus Dur sebagai perjuangan melalui politik untuk melindungi yang lemah, melindungi minorits dan tentunya sebagai wakil sarana politik warga nahdliyin,” terang Pembina Himpunan Pengusaha Nahdliyin (HPN) Malang tersebut.

Gus Ali mengatakan dalam tradisi ahlussunnah wal jama’ah, di kenal prinsip yang kerap dimaknai sebagai upaya menyemai rahmat dan keselamatan bagi alam semesta tanpa terkecuali. Politik rahmatan lil alamin dimaksudkan politik yang mengedepankan keberpihakan pada kepentingan publik dan kehidupan semesta.

“Meskipun merupakan partai berbasis agama yang lahir dari NU, PKB harus tampil bukan saja untuk kepentingan NU dan Islam melainkan juga demi kepentingan bangsa,” tegas pria tiga orang anak ini.

Lanjutnya, politik tidak hanya semata-mata duniawi tetapi politik harus dibangun atas kesadaran ukhrawi. Politik harus dibangun atas nilai-nilai agama. Termasuk di lingkup prestasi nasional dengan semakin mengudaranya PKB. Politik rahmatan lil alamin yang di bawa senantiasa mencerminkan usaha menjaga dan melestarikan tradisi yang baik dan mengambil hal-hal baru yang lebih baik. Termasuk mengawal seluruh kebijakan eksekutif, legislatif, dan yudikatif hanya demi sebesar-besarnya kemaslahatan, kemakmuran, dan kesejahteraan lahir batin rakyat.

Politik tidak hanya boleh menjadi event lima tahunan, ajang persaingan hingga mengancam kerukunan berbangsa dan bernegara, politik harus memberi kemaslahatan.

“Oleh karena itu, memasuki tahun baru 2019 harapan terbesar kita semua, tahun politik ini dapat menjadi tahun yang rahmatan lil ’alamin. Tahun yang penuh nilai rahman dan rahim yang berujung pada sifat dan sikap mengasihi dan menyayangi. Penuh dengan sikap rendah hati, saling mengenal dan menghormati sesama anak bangsa,” tandas dia

“Tahun politik ini harus jauh dari caci maki, saling jegal dan saling memakan sesama anak bangsa. Bukankah kita semua ingin tahun politik ini menjadi berkah dan melahirkan pemimpin yang betul-betul bisa berbagi kesejahteraan. Tahun politik ini harus menjadi tahun yang mendewasakan agar bangsa ini dapat betul-betul menjadi bangsa yang besar,” pungkasnya. (Hmz/Ulm)