Gubes UB Nilai Pemanfaatan Obat Herbal di Indonesia Belum Maksimal

Widodo saat ditemui MVoice. (Anja a)
Widodo saat ditemui MVoice. (Anja a)

MALANGVOICE – Dalam bidang kesehatan, kemandirian Indonesia dalam mengelola potensi bahan pangan terutama bahan pangan untuk obat-obatan dinilai belum maksimal. Bayangkan saja, selama ini bahan baku obat-obatan di Indonesia diimpor dari negara lain. Padahal Indonesia memiliki kekayaan biodiversitas yang luar biasa. Hal itu dikatakan Professor Bidang Ilmu Biologi Kanker, Universitas Brawijaya (UB), Widodo, kepada MVoice, Selasa (23/1).

Menurutnya, Indonesia seharusnya bisa mandiri. Potensi kekayaan dan keanekaragamannya di posisi kedua setelah Brasil. Sehingga, untuk daya baku obat, pemerintah sebaiknya membuat beberapa kebijakan

“Pertama, saya menyarankan pemerintah menetapkan biodiversitas sebagai satu agenda riset nasional dalam pembuatan bahan baku obat,” tutur pria jebolan Institut Teknologi Bandung (ITB) ini.

Selain itu, pemerintah harus memulai membuat suatu database nasional bahan alami di Indonesia. Mulai dari nama tanaman hingga kandungan senyawanya.

“Selama ini yang sudah melaksanakan ini cuma Jepang. Bahkan database sebagian tanan asal Indonesia juga di Jepang,” tambahnya.

Bukan hanya itu, Widodo menyarankan pemerintah agar membuka pusat kajian alam Indonesia dan merevitalisasi jaminan kesehatan berbasis bahan herbal.

“Kesemuanya ini harus dilakukan silmultan. Saya rasa SDM Indonesia sangat mampu melakukan ini. Jangan sampai tanaman herbal ini bernasib sama seperti beras, buah dan kentang maupun kedelai, yang mana semuanya impor,” pungkasnya. (Der/Ery)