Gara-gara PMK, Produksi Susu Sapi Perah di Pujon Turun Drastis

Sukoco saat member makan sapi ternaknya. (Mvoice/Toski D).

MALANGVOICE – Dampak penyebaran wabah Penyakit Mulut dan Kaki (PMK) di Kabupaten Malang membuat sejumlah peternak sapi perah di Kecamatan Pujon tidak dapat menikmati hasil perahan sapinya.

Sapi perah yang terindikasi atau dipastikan tertular PMK dan memiliki gejala cukup parah, tidak bisa menghasilkan susu. Kalaupun bisa, susu yang dihasilkan tidak layak disetorkan ke koperasi untuk dijual.

Salah satu peternak sapi perah, asal Desa Pujon Kidul, Kecamatan Pujon, Sukoco, mengatakan, sapi perah yang terpapar wabah PMK tidak bisa diambil susunya untuk dijual ke koperasi.

“Warga di sini hampir 75 persen mengandalkan hasil perahan susu sapi untuk penghasilan sehari-hari. Semenjak ada PMK penghasilan kami turun drastis,” katanya, saat ditemui awak media di kandang sapinya di Desa Pujon Kidul, Ahad (12/6).

Menurut Sukoco, sebelum wabah PMK menyerang, dirinya memiliki enam ekor sapi perah, dua di antaranya masih anakan (pedet). Akibat wabah PMK menyebar, dalam beberapa pekan terakhir empat ekor sapinya mati satu per satu.

“Dulu kan awalnya punya satu, lalu sekitar lima tahun sudah bisa berkembang jadi enam. Tapi yang empat ekor mati karena sakit (PMK) ini,” akunya.

Dari sisa dua ekor sapi yang dimilikinya saat ini, hanya satu ekor yang bisa diperah untuk diambil susunya. Itupun jumlahnya tidak seproduktif saat sapinya sehat dulu.

“Dulu setelah empat sapi mati, yang diperah hanya tinggal satu. Itu pun hanya tinggal 5 liter. Biasanya kalau normal bisa 10 liter per hari. Dulu sempat tidak bisa diperah sama sekali, atau kalau keluar susunya terpaksa saya buang,” jelasnya.

Sukoco menegaskan, dengan kondisi dua ekor sapinya saat ini yang berangsur pulih, dirinya menaruh besar harapan untuk bisa menghasilkan susu lagi.

“Sapi saya bisa sembuh berkat obat cair yang didapat secara mandiri dari rekan-rekannya,” tegasnya tanpa menyebut obat cair yang dimaksud.(end)