Diet Pada Penyakit Ginjal Kronik

Ilustrasi saat ginjal terasa sakit

Oleh: DR. Etik Sulistyowati, SST, SGz,MKes*

Peringatan World Kidney Day merupakan sebuah kampanye global untuk menyadarkan tentang pentingnya ginjal bagi kesehatan.

Ginjal merupakan salah satu organ penting bagi tubuh yang harus selalu dijaga kesehatannya.

Penyakit ginjal dapat disebabkan karena adanya gangguan fungsi ginjal yang dapat terjadi ketika tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan, serta elektrolit sehingga menyebabkan retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah.

Satu di antara penyakit ginjal kronis adalah penyakit gagal ginjal. Penyakit gagal ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya sama sekali tidak mampu bekerja dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh, seperti sodium dan kalium di dalam darah atau produksi urin.

Menurut Price dan Wilson (2012), berdasarkan perjalanan klinis, gagal ginjal dapat dibagi menjadi 3 stadium, yaitu Stadium I (penurunan cadangan ginjal), Stadium II (insufisiensi ginjal), dan Stadium III (gagal ginjal stadium akhir atau uremia).

Beberapa gejala dari penyakit ginjal sendiri yaitu terdapat keluhan mual, muntah, dan tidak nafsu makan. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 12,5% pasien mengeluhkan mual, sedangkan sisanya tidak mual.

Sebanyak 8 pasien (7,7%) mengalami muntah, sementara 96 pasien (92,3%) tidak mengalami muntah. Sebanyak 14 pasien (13,5%) tidak nafsu makan (anoreksia) dan 90 pasien (86,5%) tidak mengeluhkan anoreksia.

DR. Etik Sulistyowati, SST, SGz,MKes Dosen Jurusan Gizi Potekkes Malang.(mvoice/ist)

Hal yang perlu dilakukan untuk mencegah penyakit ginjal kronis adalah sebagai berikut:
• Melakukan pengendalian tekanan darah
• Melakukan kontrol diabetes
• Menghindari agen nefrotoksik
• Melakukan diet (menghindari diet protein tinggi> 1,3 /kg/hari) dan asupan garam yang rendah (natrium <90 mmol atau <2 g/hari)
• Modifikasi gaya hidup

Nah, sebagai seorang Ahli Gizi kita mengenal Diet Rendah Protein untuk penderita penyakit ginjal.

Apa Diet Rendah Protein itu? Apa setiap penderita penyakit ginjal harus mendapatkan diet rendah protein?

Tidak semua penderita ginjal harus mendapatkan diet rendah protein. Diet rendah protein diberikan kepada penderita penyakit ginjal yang dengan diet konvensional.

Jika penderita penyakit ginjal sudah dengan terapi pengganti (missal dengan hemodialis atau dialisis peritoneal) maka dietnya berganti menjadi Diet Tinggi Protein

Diet Rendah Protein
Diet rendah protein adalah pola makan yang membatasi protein dari makanan atau konsumsi sehari-hari. Pada diet ini, asupan proteinnya lebih rendah dari kebutuhan normal.

Diet rendah protein diberikan kepada seseorang yang mengalami penurunan fungsi ginjal menahun atau penyakit gagal ginjal kronis.

Pasien gagal ginjal memang harus menjaga pola makannya dengan cukup ketat.

Hal tersebut disebabkan banyak makanan yang mungkin bergizi untuk orang yang tidak mengidap gagal ginjal justru bisa memperparah kondisi penyakit ini.

Tujuan diet ini menurut Kementerian Kesehatan RI yaitu:
• mencukupi kebutuhan zat gizi agar sesuai dengan fungsi ginjal,
• mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit,
• memperlambat penurunan fungsi ginjal lebih lanjut, serta
• menjaga stamina agar pasien dapat beraktivitas normal.

Mengapa pasien gagal ginjal harus membatasi asupan protein?
Membatasi asupan protein pada pasien gagal ginjal bukanlah tanpa sebab. Protein yang Anda konsumsi akan dicerna dan dipecah menjadi asam amino oleh tubuh dengan bantuan enzim sistem pencernaan.

Proses pencernaan protein akan dimulai dari lambung lalu berlanjut ke usus. Asam amino yang dicerna oleh tubuh akan lantas dibawa oleh aliran darah dan dikirim ke seluruh bagian tubuh yang membutuhkan.

Tubuh sendiri membutuhkan jumlah asam amino berbeda tergantung jenisnya. Protein yang selesai dicerna akan diproses oleh ginjal dan dibuang jika tidak diperlukan lagi.

Zat pembuangan hasil pencernaan protein yang dikeluarkan oleh ginjal yaitu urea pada urine (air kencing). Semakin banyak protein dicerna tubuh, semakin banyak pula asam amino yang disaring oleh ginjal dan membuat ginjal bekerja lebih keras.

Hal tersebut akan berbahaya bagi pasien gagal ginjal kronis yang ginjalnya sudah tidak bisa berfungsi dengan baik. Inilah alasannya kenapa pasien gagal ginjal harus membatasi asupan protein.

Macam Diet Rendah Protein
Dari buku Penuntun Diet dan Terapi Gizi, persagi, AsDi yang diterbitkan oleh EGC, macam diet Rendah Protein , dibedakan menjadi:
1. Diet Rendah Protein I
Diet rendah protein I mengandung 30 gram protein per hari. Diberikan kepada pasien dengan berat badan 50 kg.

2. Diet Rendah Protein II
Diet rendah protein II mengandung 35 gram protein per hari. Diberikan kepada pasien dengan berat badan 60 kg.

3. Diet Rendah Protein III
Diet rendah protein III mengandung 40 gram protein per hari. Diberikan kepada pasien dengan berat badan 65 kg.

Dengan mengurangi asupan protein dapat meringankan beban kerja hati dan ginjal. Selain itu, diet ini dapat membantu meningkatkan metabolisme protein dan mencegah penumpukan urea dalam aliran darah. Beberapa penelitian mengaitkan kadar urea yang tinggi dalam darah dengan risiko diabetes tipe-2 dan gagal jantung.

Bagaimana cara diet rendah protein?
Anjuran pola diet ini bisa bervariasi tergantung dari kondisi kesehatan pasien secara umum, jenis gangguan ginjal yang dialami, obat-obatan yang sedang dikonsumsi, dan banyak lagi faktor lainnya.

Sebab itu, lebih tepat bila pasien berkonsultasi langsung dengan dokter, dokter spesialis penyakit dalam, atau ahli gizi agar dijelaskan seperti apa pengaturan pola diet yang tepat sesuai dengan kondisi pasien.

Makanan berikut ini dikategorikan sehat dan aman untuk pasien gagal ginjal:
• Buah rendah protein: apel, pisang, pir, anggur, dan lain-lain
• Sayur rendah protein: tomat, asparagus, brokoli, dan sayuran hijau lain
• Sumber karbohidrat: nasi, roti, makaroni.
• Lemak sehat: alpukat, minyak zaitun, dan minyak kelapa

Sebaliknya, berikut adalah makanan yang sebaiknya dihindari oleh pasien gagal ginjal karena berprotein tinggi:
• Daging ayam dan sapi
• Ikan
• Telur
• Produk susu dan olahannya seperti keju dan yogurt
• Kacang kedelai dan olahannya seperti tempe dan tahu
• Kacang-kacangan seperti almond dan kenari
• Biji-bijian seperti chia seed, flaxseed, dan hemp seed.

Di bawah ini contoh menu makanan rendah protein yang dapat Anda sajikan untuk pasien gagal ginjal, menu rendah protein ini disusun oleh ahli gizi dalam menyajikan makanan untuk pasien gagal ginjal.

Sarapan:
• Nasi putih
• Tumis ayam paprika
• Cah sawi putih
• Snack buah melon
Makan siang:
• Kentang ongklok
• Fish barbeque
• Corn soup
Makan malam:
• Nasi putih
• Garang asem ikan
• Tumis labu siam

Tidak semua pasien penyekit ginjal harus diet rendah protein. Jika pasien sudah dengan terapi pengganti misal hemodiaisis dan adekuat hemodialisisnya, pasien bisa mengkonsumsi protein dalam jumlah lebih tinggi.

Anjuran protein cukup tinggi yaitu 1-1,2 gram/Kg berat badan. Sumber protein berasal dari 50% hewani (daging, ayam, ikan, telur) dan 50% nabati (tahu, tempe). Garam merupakan sumber utama sodium/natrium. Waspada terhadap natrium yang ada di makanan kaleng dan makanan awetan

Pengaturan zat gizi makro pada diet Hemodialisis(HD)
▪ Energi
Ketika fungsi ginjal menurun, asupan energi pun cenderung menurun. Kebutuhan energi pada penderita GGK sebesar 30-35 kkal/kgBB/hari.
▪ Protein
Pada diet hemodialisis menurut pedoman NKF K/DOQI sebesar 1,0-1,2 gram protein/kgBB dapat diperoleh dari protein dengan nilai biologis tinggi seperti telur, susu, hati sapi, daging sapi, dan kedelai. Pengidap GGK dengan uremia mengalami kelainan dalam pengecapan rasa makanan sehingga dapat ditambahkan bumbu pada pengolahan protein.
▪ Lemak
Pengidap GGK yang menjalani terapi HD biasanya memiliki LDL normal, HDL rendah, dan peningkatan level trigliserida sehingga untuk kebutuhan lemak dapat mengikuti pedoman dari diet Therapeutic Lifestyle Changes (TLC) yaitu dengan mengonsumsi lemak 25% dari energi, lemak jenuh <7% dari energi, PUFA <10% dari energi, MUFA <20% dari energi, dan kolesterol <200 mg/hari. Pembatasan tersebut disebabkan risiko penyakit arteri koroner cenderung meningkat pada HD.
▪ Karbohidrat
Pemilihan karbohidrat kompleks dipertimbangkan karena waktu cernanya yang lebih lama dan kenaikan glukosa darah yang lebih lambat saat setelah dikonsumsi dibandingkan dengan efek konsumsi karbohidrat sederhana. Serat pada penyakit ginjal memiliki peran khusus untuk menurunkan kadar plasma urea tanpa harus mengurangi konsumsi protein dengan cara mengurangi produksi amonia oleh mikroba usus besar sehingga produk urea yang diproduksi hati lebih sedikit.
▪ Cairan
Kebutuhan cairan pada pasien HD bersifat individual dihitung dengan cara Insensibel Water Loss (IWL) 15 ml/kgBB (705ml) + jumlah output urin. Pada pasien HD perlu adanya pembatasan cairan karena cairan yang terlalu banyak dapat menyebabkan perubahan volume darah secara tiba-tiba dan hipotensi selama terapi HD.

Pengaturan zat gizi mikro pada diet HD
▪ Kalium
Konsumsi kalium pada pengidap GGK dengan HD dibatasi yaitu 2-3 gram/hari karena apabila terjadi hiperkalemia dapat menimbulkan aritmia fatal. Dengan pembatasan tersebut, maka pengidap GGK dengan HD dianjurkan mengonsumsi makanan rendah kalium seperti apel, anggur, jeruk mandarin, pir, stroberi, semangka, kubis, kembang kol, terong, selada, dan jamur.

▪ Natrium
Natrium merupakan kontributor utama yang menentukan besar atau tidaknya osmolalitas serum dan dapat meningkat pada pengidap dengan HD dikarenakan asupan natrium yang berlebih dan dapat berujung pada komplikasi kardiovaskuler akut dan kronis, sehingga perlu pembatasan natrium sekitar <1500 m g/hari. Selain itu, asupan natrium berlebih dapat meningkatkan rasa haus, menyebabkan hipertensi, dan meningkatkan osmolalitas yang berujung pada perubahan GFR.

▪ Fosfor
Hiperfosfatemia adalah salah satu komponen dari GGK, bahkan prevalensinya pada pasien HD cukup tinggi yaitu sebesar 50% yang disebabkan oleh diet tinggi protein yang dijalani dan adanya gangguan metabolisme mineral yang berhubungan dengan penurunan fungsi GFR. Hiperfosfatemia dapat meningkatkan risiko kematian karena meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler, sehingga perlu adanya pembatasan konsumsi fosfor sebesar <800 mg/hari.

▪ Asam folat
Asam folat diberikan pada pasien GGK yang memerlukan hemodialisis karena saat proses hemodialisis, pasien akan kehilangan vitamin larut air melalui membran dialisis. Pemberian asam folat sebesar 2-5 mg/hari untuk menghambat penurunan laju filtrasi glomerolus. Selain itu asam folat mampu memulihkan dan memelihara hematopoiesis yang normal.

Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Dibatasi serta Cara Pengolahannya
Diet hemodialisis perlu memperhatikan bahan makanan apa saja yang perlu dibatasi dan terkait cara pengolahan yang aman untuk pasien HD.

Bahan Makanan yang Dianjurkan
1. Sumber Karbohidrat: nasi, bihun, mie, makaroni, jagng, roti, kwethiau, kentang, tepung-tepungan, madu, sirup, permen, dan gula.
2. Sumber Protein Hewani: telur, susu, daging, ikan, ayam.
3. Bahan Makanan Pengganti Protein Hewani Hasil olahan kacang kedele yaitu tempe, tahu, susu kacang kedele, dapat dipakai sebagai pengganti protein hewani untuk pasien yang menyukai sebagai variasi menu atau untuk pasien vegetarian asalkan kebutuhan protein tetap diperhitungkan.
4. Sumber Lemak: minyak kelapa, minyak jagung, minyak kedele, margarine rendah garam, mentega.
5. Sumber Vitamin dan Mineral
6. Semua sayur dan buah, kecuali jika pasien mengalami hiperkalemi perlu menghindari buah dan sayur tinggi kalium dan perlu pengelolaan khusus yaitu dengan cara merendam sayur dan buah dalam air hangat selama 2 jam, setelah itu air rendaman dibuang, sayur/buah dicuci kembali dengan air yang mengalir dan untuk buah dapat dimasak menjadi stup buah/coktail buah.

Bahan Makanan yang Dibatasi
1. Hindari sayur dan buah tinggi kalium jika pasien mengalami hiperkalemi. Bahan makanan tinggi kalium diantaranya adalah bayam, gambas, daun singkong, leci, daun pepaya, kelapa muda, pisang, durian, dan nangka.
2. Hindari/batasi makanan tinggi natrium jika pasien hipertensi, udema dan asites. Bahan makanan tinggi natrium diantaranya adalah garam, vetsin, penyedap rasa/kaldu kering, makanan yang diawetkan, dikalengkan dan diasinkan.

Cara Pengolahan
1. Semua sayuran harus dimasak dan tidak dianjurkan dimakan dalam keadaan mentah (lalapan)
2. Bila harus membatasi garam, gunakanlah lebih banyak bumbu-bumbu seperti gula dan bumbu dapur lain
3. Untuk mengurangi kadar kalium dalam bahan makanan sebaiknya dipotong-potong kecil terlebih dahulu, kemudian direndam dalam air hangat minimal selama 2 jam Air perendaman dibuang dan bahan makanan dicuci dalam air mengalir selama beberapa menit. Setelah itu masaklah (terutama sayuran dan umbi-umbian)
4. Untuk membatasi banyaknya cairan dalam makanan masakan lebih baik dibuat dalam bentuk tidak berkuah seperti ditumis, dipanggang, dikukus, dibakar, dan digoreng
5. Cairan lebih baik diberikan dalam bentuk minuman segar
Contoh Menu Hemodialisis

Pasien HD perlu mengkonsumsi makanan dalam porsi kecil sering (small frequent feeding). Berikut contoh rekomendasi menu diet hemodialisis 1 hari yang teridiri dari 3x makanan utama dan 3x selingan dengan total energi 1500 kkal, protein 61 gram, lemak 47 gram, karbohidrat 219 gram, serat 24 gram, kalium 2 gram, natrium 450 miligram, dan fosfor 700 miligram.

Referensi
Aisara, S., Azmi, S. and Yanni, M., 2018. Gambaran Klinis Penderita Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, [online] Available at: [Accessed 6 March 2021].
Eprints.poltekkesjogja.ac.id. 2021. [online] Available at: [Accessed 6 March 2021].
Kwek, J. L., & Kee, T. (2020). Annals of the Academy of Medicine, Singapore, 2021. World Kidney Day 2020: Advances in Preventive Nephrology. Pp.175-179.(*)

*Dosen Jurusan Gizi Poltekkes Malang