Desa Taji Miliki Bukan Babinsa Biasa dan Kopi Babinsa

Peninjauan dan penanaman kopi yang menjadi destinasi wisata Desa edukasi kopi Lereng Gunung Bromo. (Istimewa)

MALANGVOICE – Bintara Pembina Desa (Babinsa) Koramil 0818/23 Jabung Sersan Satu (Sertu) Heri Purnomo, dinilai bekerja tanpa pamrih dalam melayani masyarakat. Heri Purnomo di nobatkan sebagai Bukan Babinsa Biasa Kodim 0818 Kabupaten Malang-Batu dan Korem 083/Bdj.

Hal itu lantaran berhasil sebagai juara I dalam lomba HUT Ke-54 Korem 083 untuk memberi kontribusi nyata dalam masyarakat desa, maupun sebagai bagian dari warga negara yang hidup berbaur dengan kondisi nyata di lingkungannya.

Sertu Heri Purnomo yang sudah tujuh tahun bertugas sebagia Babinsa di Desa Taji Kecamatan Jabung ini dapat mengubah paradigma masyarakat desa tersebut untuk mengembalikan semangat masyarakat lereng Gunung Bromo dalam bertani kopi yang pernah berjaya di tahun 1970 an.

“Saya memilih terjun di dunia perkopian ini, karena sejarah kopi di lereng Gunung Bromo desa Taji sangat bagus dan sekarang ini bisa dibilang dalam kondisi kopi mati. Selain itu, dilihat dari potensi daerah yang luar biasa dan dapat dalam menggerakkan perekonomian warga,” ungkap Heri, Kamis (19/4).

Menurut Heri, di tahun 1970-1990 Desa Taji, Kecamatan Jabung merupakan salah satu desa penghasil kopi yang cukup diperhitungkan di pasar kopi. Akan tetapi sekarang ini kenyataannya terbalik. Untuk itu, pihaknya tak lelah dalam upaya menghijaukan kembali lereng gunung Bromo dengan konsep mempertahankan eko-lingkungan hutan terjaga dan memberikan nilai plus berupa peningkatan kesejahteraan petani kopi, khususnya di Desa Taji, Kecamatan Jabung.

“Matinya budidaya tanaman kopi di Taji disebabkan banyaknya petani kopi yang beralih profesi bercocok tanam. Untuk pemberdayaan kepada petani kopi memang membutuhkan waktu lama. Masyarakat akan bergerak saat mereka melihat contoh yang telah berhasil,” jelas Heri.

Pada titik inilah Heri sebagai babinsa Desa Taji memulai pergulatannya dengan tanaman kopi. Tahun 2011 dia mulai menanam kopi sampai akhirnya di tahun 2014, hasil kopi dari lahan Heri menghasilkan sesuatu yang membuat para petani kopi kembali melirik potensi lahan dan komoditi yang pernah membuat harum Kabupaten Malang sebagai produsen kopi.

“Saat itu di pikiran saya sederhana. Kalau kopi lereng Bromo bangkit, rakyat pasti mendapatkan penghasilan yang lebih baik,” ucap Heri yang telah membawa kopi lereng Bromo di berbagai lomba kopi, baik di tingkat Jawa Timur (Jatim) hingga Nasional.

Tidak berhenti di titik membawa warga Taji, Jabung, untuk kembali ke kopi, Heri juga mendampingi para petani kopi untuk membentuk desa ekowisata yang kini telah berjalan dan semakin mendongkrak pendapatan warga.

“Kita bahkan memiliki produk kopi yang dinamakan Kopi Babinsa Lereng Gunung Bromo,” imbuhnya.

Disinggung mengenai kendala dalam pendampingan petani kopi, Heri menyatakan secara prinsip tidak terdapat kendala berarti.

“Kalau pun ada kendala, hanya pada petani yang berusia di atas 50 tahun ke atas. Mereka cukup sulit diajak bersama membangun kopi, dan memilih bercocok tanam sayuran yang cepat panen,” ulas Heri

Heri melanjutkan, kendala tersebut tidak menjadikan dirinya patah semangat untuk mengawal warga dalam meningkatkan taraf kesejahteraannya walau dalam setiap harinya harus menempuh jarak 25 kilometer dari rumah yang berada di dusun Genitri, Desa Tirtomoyo Kecamatan Pakis memuju Desa Taji tersebut.

“Kini para pemuda berusia rata-rata 20 tahun, sudah mulai bergerak untuk melakukan penanaman kopi. Ada regenerasi di dunia kopi,” pungkasnya.(Der/Aka)