Cegah Maraknya TKI, Mahasiswa Asing dan Lokal Ikuti PBL Gender Equality

Mahasiswa asing dan lokal yang mengikuti PBL. (Lisdya)

MALANGVOICE – Menanggapi banyaknya masyarakat Indonesia yang masih menjadi tenaga kerja luar negeri, sejumlah mahasiswa mengikuti Project Based Learning (PBL) dari Kantor Urusan Internasional dengan STIE Malangkucecwara (ABM), Universitas Negeri Malang (UM) dan Universitas Negeri Surabaya (UNESA).

Dalam PBL tersebut, terdiri dari 10 mahasiswa dari Rajamangala University of Technology Krungthep (RMUTK) Thailand, Yala Rajabhat University Thailand serta Mariano Marcos State University Filipina. Sedangkan 10 mahasiswa Indonesia yakni dari ABM, UM serta Unesa.

“Jadi, 20 mahasiswa tersebut tinggal di rumah-rumah warga yang istrinya menjadi TKI. Per satu rumah terdiri dari saru mahasiswa asing dan lokal. Mereka merasakan bagaimana kehidupan sehari-hari masyarakat,” ujar Ketua KUI, Dwi Nita Aryani kepada awak media di Kampus ABM, Selasa (23/7).

Dalam pelaksanaan PBL yang bertemakan gender equality tersebut, para mahasiswa mensurvei kepada masyarakat Desa Sidorejo, Desa Donomulyo Malang dan Purwodadi terkait kehidupan sehari-hari. Bahkan, mahasiswa juga dituntut untuk merubah pola pikir masyarakat untuk tidak lagi bekerja di luar negeri.

“Pertama dalam persoalan ini adalah pola asuh anak. Ketika salah satu orang tua mereka bekerja tentunya ada orang tua pengganti. Jadi, yang didapatkan dari mahasiswa tentunya adalah kehidupan anak yang ditinggal oleh orangtuanya. Hasil dari survei, mereka kemudian menyimpulkan dan memberikan resume dan dipresentasikan hari ini pada closing meeting dalam bentuk e poster,” paparnya.

Perlu diketahui, kegiatan yang dilaksanakan sejal 14 hingga 24 Juli ini mendapatkan hibah dari Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) sebesar Rp 140 juta. Bahkan, kegiatan ini juga dibantu oleh Non-Governmental Organization (NGO) seperti LP3 dan LPKP.

“Jadi, dengan ini mahasiswa diharapkan mampu merubah mindset masyarakat untuk tidak lagi bekerja di luar negeri. Seperti mereka bisa mengelola desanya dengan peningkatan usaha atau bisnis, misalnya salon, peternakan dan lain-lain,” tandasnya. (Der/Ulm)