MALANGVOICE – Masalah stunting di Indonesia, sampai sekarang tergolong tinggi.
Terutama didaerah, tidak terkecuali di Desa Wonorejo, Kecamatan Singosari Kabupaten Malang.
Pola pemberian Makanan Pendamping (PM) air susu Ibu (ASI) sangat penting untuk mencegah stunting.
“Dengan memanfaatkan potensi pangan lokal atau yang disebut fortifikasi sudah lebih dari cukup,” ujar Ajli Gizi UM, Septa Katmawanti, S.Gz., M.Kes, Sabtu (2/10)
Septa yang juga sebagai Ketua Tim Pengabdian kepada masyarakat Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Malang (Tim Abdimas UM) mengakui, MP-ASI balita diberikan secara bertahap.
Menurutnya, sejak awal, seharusnya balita mendapatkan nutrisi yang cukup.
Awal pemberian MP-ASI sebaiknya diberikan satu jenis makanan baru kemudian dapat ditambahkan bahan baru secara perlahan sebagai pengenalan.
“MP-ASI yang diberikan dapat dilakukan dengan memberikan olahan bahan lokal,” tambah Septa yang melakukan pengabdian di Desa Wonorejo.
Pemberian MP-ASI pertama, lebih diprioritaskan pada sumber karbohidrat seperti bubur beras, bubur jagung, kentang, pisang, atau alpukat.
“Pemberian makanan selanjutnya, memodifikasi bahan makanan seperti menambahkan kelor pada bubur, minyak sayur ke dalam bubur, dan lainnya,” terangnya.
Pemberian MP-ASI sebaiknya diberikan balita berusia 6 bulan dengan mempertahankan pemberian ASI secara rutin karena ASI tetap menjadi bagian terpenting bagi balita.
SePerti diketahui, selama dua bulan, Tim UM melakukan pengabdian yang dilatarbelakangi masalah stunting yang cukup tinggi di 4 dusun di desa tersebut.
Tim melakukan berbagai kegiatan dengan melibatkan 20 orang yang memiliki balita yang berakhir pada minggu ketiga Bulan September lalu.
Selain pemberian pre test diawal pertemuan dan post test diakhir pertemuan juga diberi modul tentang stunting dan MP-ASI.
“Sebagai promo kesehatan kami menyarankan MP -ASI berupa fortifikasi daun kelor lengkap dengan resepnya,” tutur Septa.
Dikatakan, kegiatan abdimas terutama penyuluhan stunting dilakukan secara offline dan penyuluhan MP-ASI secara online.
Masyarakat begitu antusias dengan penyuluhan yang juga sebagai wadah bertukar pikiran (sharing) mengenai problematika gizi balita ini.
Adanya pandemic Covid-19 tidak membuat masyarakat lelah untuk memperluas wawasannya.
Sedangkan untuk mengukur kreativitas dan keterampilannya, Tim Uam menghelar lomba kreasi menu MP-ASI dengan penambahan bahan pangan (fortifikasi) daun kelor.
Daun kelor dipilih sebagai fortifikasi MP-ASI karena hampir disetiap pekarangan rumah warga Desa Wonorejo mempunyai tanaman tersebut.
Daun kelor juga memiliki kandungan gizi yang sangat baik bagi balita. Namun, tidak banyak yang mengetahui kandungan gizi daun kelor tersebut.
Harapannya, dengan adanya kegiatan ini masyarakat Desa Wonorejo dapat memanfaatkan daun kelor sebagai fortifikasi menu MP-ASI balitanya.
Beberapa hasil kreasi menu MP-ASI fortifikasi daun kelor tersebut antara lain puding kelor, tahu fantasi kelor, lapis moringa dan masih banyaknlagi jajanan berbahan dasar daun kelor.
Keberhasilan pengabdian ini tidak luput dari kerja sama yang baik dan antusias yang tinggi dari masyarakat, kader, maupun perangkat Desa Wonorejo.(der)