Bedah Buku ‘Memahami Budaya Panji’, Tak Diketahui Siapa Pengarangnya

Buku 'Memahami Budaya Panji' yang dibedah Henry Nurcahyo.

MALANGVOICE – Buku berjudul ‘Memahami Budaya Panji’ dibedah dan dilaunching oleh budayawan Henry Nurcahyo, di Semeru Art Gallery Jalan Semeru, semalam.

Cerita Panji merupakan sastra klasik berasal dari Jawa Timur, bersumber dari Kerajaan Kediri dan Jenggala yang tersebar hingga ke Malaysia, Thailand, Kamboja, Laos, dan Myanmar.

Henry Nurcahyo.
Henry Nurcahyo.

Dalam bedah buku, Henry Nurcahyo, pria kelahiran Lamongan ini, menceritakan, yang menarik dari cerita Panji tidak diketahui siapa pengarangnya. Namun, cerita ini sudah menyebar ke seluruh Nusantara dalam berbagai versi.

Dalam acara seni pertunjukan, cerita ini terdapat dalam bentuk dongeng, tari, naskah, dan relief. Contohnya, Dongeng Ande-Ande Lumut, relief pada Candi Panataran di Blitar, dan Tari Reog.

Ratusan versi yang ditemukan, kata Hendry Nurcahyo, di antaranya adalah 80 naskah cerita Panji yang sekarang tersimpan di Perpustakaan Nasional. 200 naskah disimpan di Belanda.

Dikatakan, cerita Panji menjadi begitu populer pada saat zaman Kerajaan Majapahit. Pada saat itu, Raja Hayam Wuruk mengajak rakyat untuk mempopulerkan cerita Panji sebagai bentuk perlawanan budaya. ”Karena pada saat itu Indonesia sudah mulai dimasuki budaya yang berbau barat,” kata Henry.

Ia akui, saat ini cerita Panji banyak dibicarakan oleh masyarakat awam dan di kalangan terpelajar. Ironisnya, kata Henry, di Thailand cerita Panji malah menjadi bahan bacaan anak-anak sekolah. Mereka menyebutnya cerita Inao atau Eynao.

Dengan dipopulerkannya buku ini, Henry berharap masyarakat awam memahami dari tingkat paling dasar mengenai cerita dan budaya Panji. ”Masyarakat juga harus tahu bahwa Indonesia memiliki budaya yang sangat kaya,” tuturnya.-