MALANGVOICE – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang berupaya memaksimalkan peran lintas sektor menekan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Beberapa instansi, termasuk sejumlah SKPD dilibatkan dalam upaya ini.
Selain melibatkan rumah sakit di Kota Malang, Dinkes juga menggandeng Dinas Sosial (Dinsos), Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Puskesmas, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dispendukcapil), dan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB).
Kepala Dinkes, Asih Tri Rachmi, menyebut, tiap instansi memiliki peran masing-masing. Rumah sakit berperan sebagai sarana rujukan, menyediakan tenaga kompeten untuk persalinan, menyediakan sarana transportasi untuk kondisi gawat darurat, dan menyediakan sarana kegawatdaruratan untuk ibu hamil/neonatal.
“Selain itu juga menerima semua pasien dalam kondisi gawat darurat, serta bertindak sebagai tim tenaga medis di rumah sakit yang beraangkutan,” imbuh Asih, Jumat (24/2).
Sementara itu, Dinsos melakukan verifikasi dan rekomendasi kepada warga terkait status kemiskinan warga yang akan mengurus Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) atau Kartu Indonesia Sehat (KIS). Di sisi lain, PKK bertindak menggerakkan warga, terutama ibu hamil, untuk memeriksakan kehamilan rutin dan persalinan ke sarana persalinan yang layak.
“PKK juga memotivasi warga terkait gizi kesehatan ibu dan anak. Misalnya, supaya mengonsumsi tablet tambah darah,” tambahnya.
Lebih lanjut, Puskesmas membangun jaringan bersama Badan Pemberdayaan Masyarakat (BPM) dan rumah sakit sebagai sarana rujukan. Puskesmas juga dituntut memberi laporan cepat dan akurat.
Selanjutnya, DP3AP2KB memiliki kapasitas menyediakan alat kontrasepsi bagi ibu nifas, serta memotivasi ibu mengikuti program KB pasca-salin. Yang terakhir, Dispendukcapil ambil bagian memberi status bayi baru lahir dan menyosialisasikan KTP anak.
Asih berharap, sinergitas peran lintas sektor ini mampu menurunkan AKI dan AKB. Berdasarkan data Dinkes, AKI di Kota Malang sedikit mengalami peningkatan. Pada 2015 terdapat lima kasus, meningkat menjadi enam kasus pada 2016. Sementara itu, AKB pada 2016 menurun dibanding 2015, dari 116 kasus turun menjadi 114 kasus.