MALANGVOICE – Tempat praktik dr. Yosephine Pratiwi di Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang, mulai hari ini (Selasa 3/8) tutup sementara.
Selama ini dokter Pratiwi memang berpraktik di Apotek Kondang Waras di Jalan Raya Takeran, No.50 kav 6, Dusun Krajan, Desa Ngijo, Karangploso.
Penutupan tempat praktik ini bukan karena dilarang oleh berwewenang atau protes dari masyarakat maupun pihak-pihak mana pun.
Penyebabnya ternyata lantaran banyaknya pasien yang mengantre saat berobat dan menimbulkan kerumunan. Bahkan di hari terakhir beroperasi (Senin 2/8) kemarin terlihat masih banyak pasien yang berobat dengan terapi uap itu.
“Kemarin (Senin 2/8) terakhir saya beroperasi karena saya sadar ini menimbulkan kerumunan. Jadi saya putuskan untuk tutup sementara sampai ada tempat yang lebih luas,” terangnya.
Dokter Tiwi, pqanggilan akrabnya, mengaku dijanjikan kelurahan dan kecamatan akan diberi tempat.
“Memang dijanjikan diberi tempat, tapi ini masih koordinasi,” ucap wanita yang akrab disapa dr. Tiwi, Selasa (3/8).
Tiwi menjelaskan, dalam beberapa bulan terakhir, jumlah pasien yang berobat semakin meningkat. Setiap hari mencapai 80 pasien dari berbagai daerah di Jawa Timur.
“Banyak yang ke sini untuk pengobatan alternatif. Pasien saya sekarang sudah wilayah Jatim. Ada yang dari Pasuruan, Trenggalek sampai Probolinggo,” katanya.
Tentang tarif berobat, Tiwi menjelaskan berkisar antara Rp100 ribu sampai Rp150 ribu, dan ada obatnya jika gejalanya parah.
Baca juga: Dokter di Karangploso Klaim Bisa Sembuhkan Pasien Covid-19 Lewat Terapi Uap
Politisi Kabupaten Malang Apresiasi Penyembuhan Metode Uap dr Y Pratiwi Perangi Covid-19
Menurut Tiwi, praktik terapinya ini mendapat lampu hijau dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Malang Raya, karena dinilai mampu menyembuhkan ratusan pasien terpapar Covid-19.
“Sudah mendapat respon baik dan lampu hijau dari IDI Malang Raya. Kalau gak ada lampu hijau saya ya disuruh tutup,” terangnya.
Tiwi berpesan kepada masyarakat yang terpapar Covid-19 untuk tetap menjaga imunitas tubuh dengan makan yang banyak.
“Makan yang banyak kalau bisa makan 8 sampai 10 kali meskipun muntah tidak papa. Karena dengan makan itu virus sulit berkembang karena tubuh ini butuh energi,” pesannya.
Sementara itu, salah satu keluarga pasien yang sudah sembuh, Putri, mengaku jika kakaknya yang bernama Rini, awalnya terkonfirmasi positif Covid-19 tiga minggu lalu.
Waktu itu pasien Rini dalam kondisi sesak nafas sampai ke dada, dan tidak bisa bergerak, dengan saturasi 84.
“Kakak saya sudah dibawa ke tiga dokter dan swab hasilnya positif Covid-19. Diberi obat sama dokter beli obat herbal gak sembuh,” kata Putri yang mengaku warga Singosari.
Dalam 14 hari kemudian, lanjut Putri, karena kondisinya memburuk, Rini akhirnya dibawa ke terapi uap di Karangploso ini.
“Di sini, kakak saya menjalani terapi uap sampai lima kali dan sembuh, sekarang beraktivitas seperti biasa,” ulasnya.
Putri berharap praktik Pratiwi ini tidak tutup, dan berharap pemerintah setempat mampu mencarikan tempat praktik yang lebih luas.
“Karena sekarang ibu saya yang gantian harus terapi. Dan ini hari terakhir. Jadi bu dokter ini orang baik jangan sampai gak punya tempat. Sudah bantu banyak orang mas,” harapnya.(end)