MRI Organisasi Sayap ACT, Siap Bantu Benahi Persoalan Bangsa

Suasana pelaksanaan kuliah visi kerelawanan MRI-ACT. (Toski D)
Suasana pelaksanaan kuliah visi kerelawanan MRI-ACT. (Toski D)

MALANGVOICE – Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) yang tak lain merupakan organisasi sayap Aksi Cepat Tanggap (ACT), bersama Akademi Relawan Indonesia (ARI) menggelar kuliah Visi Kerelawanan, di Hotel Grand Cakra Minggu (27/10).

Kegiatan yang diikuti oleh kepala cabang ACT se-Jatim serta pengurus MRI ini bertujuan melatih kepala cabang ACT dan pengurus MRI dalam membuat program, konsep strategi dan implementasi kerelawanan di daerah masing-masing serta menjadikan relawan yang profesional. Tujuannya membentuk Indonesia dermawan dalam menangani krisis kemanusiaan.

Ketua Dewan Pembina ACT, Ahyudin, mengatakan kegiatan ini merupakan bentuk keseriusannya untuk ikut serta dalam membenahi berbagai persoalan yang dihadapi bangsa saat ini untuk meretas kemiskinan dengan mendorong para relawan supaya bisa berkontribusi lebih, bukan hanya saat terjadi bencana alam atau musibah saja.

“Kami (MRI-ACT, red) sebagai sebuah ormas kerelawanan nasional, bertekad untuk lebih berkontribusi lebih untuk bangsa,” ungkapnya.

Menurut Ahyudin, secara teori MRI-ACT memiliki tiga peranan utama, yaitu, menjadi penggerak karakter kerelawanan bangsa, yang mendorong kedermawanan untuk memberikan wujud nyata ke masyarakat, serta pelopor aksi kemanusiaan.

“Ketiga peran utama tersebut menjadikan MRI-ACT sebagai ormas yang menjadikan seluruh gerakan kerelawanan ini menjadi penggerak kedermawanan supaya aktivitas ini berwujud nyata di masyarakat,” jelasnya.

Gerakan nyata kedermawanan MRI-ACT yang telah dilakukan tersebut, lanjut Ahyudin, yakni dengan menghimpun logistik dari seluruh elemen bangsa. Program tersebut diberi nama Program Beras untuk Santri Indonesia yang mulai dilakukan bertepatan dengan peringatan Hari Santri Nasional beberapa waktu lalu.

“Logistik yang sudah terkumpul, digunay untuk memenuhi bantuan masyarakat terutama bagi elemen bangsa yang menderita kemiskinan. Diharapkan dengan Program Beras untuk Santri Indonesia, dengan agenda 1.000 ton beras setiap bulan untuk 1.000 santri dapat terlaksana,” ulasnya.

Sebab tambah Ahyudin, di Indonesia ada kurang lebih sebanyak empat juta santri di seluruh wilayah Indonesia. Dari total jumlah tersebut, sebanyak 75 persen diperkirakan dalam kondisi yang kurang berkecukupan, yang berada dibeberapa wilayah, seperti di Pulau Jawa, Sumatra, dan Kalimantan.

“Dengan program Beras untuk Santri Indonesia ini, diharapkan pesantren yang ada di Indonesia dapat berperan lebih untuk membangun bangsa. Program-program itu akan kami lakukan, supaya pesantren berwibawa dan kuat, serta berkarakter untuk membangun bangsa,” tandasnya. (ADV)