MALANGVOICE – Problem stunting masih menjadi persoalan yang prevalensinya cukup tinggi di Indonesia khususnya di Kota Batu.
Dari sekitar 15.000 lebih balita di Kota Batu, sekitar 1.000 lebih mengalami stunting. Dan stunting itu sendiri hingga kini masih menjadi persoalan gizi tertinggi dalam pembahasan di hari Gizi dan Makanan.
Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Batu, Sri Rahati menjelaskan masih tingginya kasus stunting itu sendiri penyebabnya dipicu dari berbagai pola. Mulai dari kurang gizi, pola asuh yang tidak baik serta faktor eksternal lainnya.
Akan tetapi, dalam penanganannya selama ini masih ditemukan jika pemicu pola asuh lah yang menjadi faktor terbesarnya. ”Meski banyak faktor yang melatarbelakangi masalah stunting ini. Akan tetapi pola asuh lah yang berpengaruh tinggi di sini,” jelasnya.
Rahati mencontohkan, pola asuh yang tidak baik adalah kurang perhatiannya orang tua dengan anaknya. Baik saat hamil maupun setelah melahirkan. Salah satunya dengan tidak memperhatikan pola makannya. ”Saat ini banyak orang tua kurang peduli terhadap makanan apa yang dimakannya. Sehingga, hal itulah yang tanpa sadar membuat kurangnya gizi terhadap anak,” ujarnya.
Tidak hanya itu saja, permasalahan stunting tersebut juga dipicu karena adanya pernikahan dini. Di samping perempuan yang menikah dini itu janinnya belum siap. Menurutnya, perempuan tersebut yang seharusnya masih membutuh gizi untuk masa pertumbuhannya sendiri. Akan tetapi, harus menyiapkan gizi lain untuk bayi yang sedang dikandungnya.
”Maka dari itu, gizi yang didapatkannya sedikit atau bisa kurang. Karena wanita tersebut harus membagi gizinya dengan janin yang sedang dikandungnya,” tuturnya.
Oleh karena itu, upaya untuk mencegah semakin tingginya angka stunting. Pihaknya memberikan imbauan ke ibu hamil maupun mereka yang memiliki anak kecil. Salah satunya memperbaiki pola asuh yang baik. Kemudian jangan sampai lupa untuk datang ke posyandu dan melakuan pemeriksaan minimal 4 kali selama masa kehamilan. Selain itu juga melakukan persalinan di tenaga kesehatan yang mempuni.
”Kalau sudah seperti itu. Kemungkinan penurunan angka stunting bisa dilakukan. Tapi dengan syarat harus ada dukungan dari perempuan itu sendiri,” pungkasnya. (Der/Ulm)