704 Mahasiswa dan Dosen Diterjunkan Periksa Kesehatan Hewan dan Daging Kurban

MALANGVOICE – Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya (FKH UB) mengambil peran dalam pengamanan pemotongan hewan kurban pada Idul Adha 1439H tahun 2018.

FKH UB menerjunkan 704 mahasiswa dan dosen sebagai petugas pemeriksa kesehatan hewan dan daging kurban. Kegiatan ini merupakan bentuk partisipasi aktif FKH UB dalam penjaminan keamanan pangan asal hewan pada 3 kota/kabupaten di wilayah Jawa Timur.

Koordinator petugas pemeriksa kesehatan hewan, drh Mira Fatmawati, mengatakan, dalam pemantauan dan pengamanan penyembelihan hewan kurban, FKH UB bekerja sama dengan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Malang, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Mojokerto dan Dinas Pertanian Kota Batu. Semuanya turut serta melaksanakan pemeriksaan kesehatan hewan dan daging kurban di Kota Batu, Kota Mojokerto dan Kota Malang.

“Pada pemeriksaan kesehatan hewan dan daging kurban tahun ini, FKH UB melibatkan 30 dosen dan 674 mahasiswa yang bersama-sama dengan dokter hewan dari dinas terkait sebagai petugas pemeriksa, yang tersebar di Kota Malang sejumlah 447 orang, Kota Batu 165 orang dan Kota Mojokerto sejumlah 37 orang,” sebutnya.

Di Kota Malang, lanjut dia, petugas disebar tiap kecamatan dengan jumlah petugas yang ditugaskan per kecamatan antara 58 sampai 60 orang. Sedangkan di Kota Mojokerto, petugas dibagi di setiap keluruhan masing masing dua orang dan di Kota Batu, petugas dibagi pada lebih dari 80 titik pemotongan.

“Pemeriksaan meliputi antemortem yang dilaksanakan pada tanggal 21 Agustus 2018, sedangkan pemeriksan kesehatan daging kurban (postmortem) dilaksanakan pada tanggal 22 Agustus 2018,” tambahnya

Untuk memastikan kesiapan petugas, FKH UB juga melakukan pembekalan dan pelatihan persiapan pemeriksaan kesehatan hewan dan daging kurban.

“Semisal untuk teknik pemeriksaan postmortem yaitu mengidentifikasi perubahan-perubahan yang tidak normal pada daging kurban, sehingga dapat dipastikan organ yang mengalami kelainan tidak dikonsumsi oleh masyarakat. Hal ini penting diberikan untuk memastikan bahwa hewan yang dipotong adalah hewan sehat dan sesuai dengan syariat Islam, serta untuk mencegah penularan penyakit zoonosis pada masyarakat,” katanya.

Penerapan kesejahteraan hewan pada saat perobohan juga menjadi perhatian dan kampanye bagi dokter hewan, dalam rangka memperoleh daging yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH). Maka dalam pelatihan ini, mahasiswa juga dibekali materi mengenai tata cara perobohan yang benar.

“Semoga dedikasi profesi dokter hewan dalam menciptakan masyarakat yang sehat dan sejahtera dapat terwujud melalui pengawasan kesehatan hewan,” pungkasnya. (Der/Ulm)