Puput, Gitaris Andal yang Tak Memiliki Kaki

Paulus Putra Setiawan. (istimewa)
Paulus Putra Setiawan. (istimewa)

MALANGVOICE – Pria berkacamata hitam terlihat serius memainkan jarinya pada sejumlah enam senar gitar berwarna cokelat. Dia adalah Paulus Putra Setiawan. Kelahiran 15 Oktober 27 tahun silam ini seorang musisi, lebih tepatnya gitaris.

Namun, Puput sapaan akrabnya, dilahirkan dengan kondisi tubuh tak sempurna. Dia tak dikarunia dengan dua kaki. Meskipun begitu, tampak tidak ada rasa berbeda dari diri Puput. Dia beraktivitas layaknya manusia normal pada umumnya. Saat bermain di atas panggung, Puput seringkali duduk di sebuah kursi.

Puput tergabung dalam band indie, Pagi Tadi. Band yang digawangi tiga orang itu, dua anggota lainnya ialah Yulius Benu vokalis dan gitaris dan Fransiskus Asisi sebagai bassis.

Tak pernah ada kata minder bagi Puput saat beraksi di panggung. Dia sangat menikmati momen menyuguhkan permainan gitarnya yang beraliran folk tersebut.

“Dinikmati saja. Enjoy, memang sejak kecil suka musik. Jadi tampil percaya diri saja,” kata Puput.

Bungsu dari empat bersaudara itu menguasai beberapa alat musik, tidak hanya gitar saja. Seperti alat musik tradisional gamelan, angklung, biola, keyboard, bahkan perkusi. Untuk aktivitasnya di dunia musik ini sangat didukung keluarga. Saat ini ia disibukkan dengan bermain band dan membuka kursus musik.
Saat manggung, ia tak memakai kursi rodanya, ia berdiri dipanggung, layaknya seorang gitaris pada umumnya.

“Saking cintanya, musik ini sudah seperti kaki kaki saya,” ujarnya.

Bahkan, ia masih tidak ingin bersolo karier. Ia masih ingin tetap berkarya bersama kawan-kawannya dalam sebuah band. Bagi dia, ia tidak melihat kesempatan bermain di panggung hanya semata-mata untuk dirinya, tetapi bersama kawan-kawannya.

Apalagi, ia bersama band yang berdiri sejak 2015 itu banyak kenangan ketika membuat lagu dan album. Album pertama yang berhasil dicapai berjudul Kembara, dan album kedua berjudul Taizei. Dalam album pertama ada tujuh lagu, dan di album kedua ada delapan lagu. Semua lagu dalam album tersebut bertemakan tentang alam.

“Untuk album pertama kami bahkan melakukan riset langsung ke Gunung Semeru,” kenangnya.

Ada lagu yang berjudul Kembara di album pertama. Lagu ini dipakai soundtrack di film indie Malaysia. Dan lagu Moksa pada album kedua, rencananya akan dijadikan soundtrack film Indonesia berjudul Posesif yang dibintangi Adipati Dolken dan Putri Marino. Film ini dikabarkan akan beredar di bioskop, Oktober mendatang.(Der/Ak)