Peringati Hari Toleransi, Gusdurian Launching Buku “Jalan Damai Kita”

Bedah buku
Bedah buku "Jalan Damai Kita" yang diselenggarakan Gusdurian Malang memperingati Hari Toleransi di Mbambes Coffee, Rabu (16/11), malam.

MALANGVOICE – Gusdurian Malang melaunching buku “Jalan Damai Kita” yang bertepatan dengan peringatan Hari Toleransi sedunia, di Mbambes Coffee, Rabu (16/11), malam.

Kegiatan dilanjutkan dengan bedah buku “Jalan Damai Kita”, menghadirkan Dika Sri Pandanari, Bakhru Tohir dan Al Muiz Liddinillah, selaku kontributor buku.

Dalam rilis yang diterima MVoice, acara diskusi yang berlangsung santai ini juga diwarnai doa bersama lintas iman. Hadir dalam kegiatan tersebut dari berbagai lintas iman dan generasi. Pdt Kristanto dan Mahpur selaku penyunting ikut serta memberikan testimoni.

Dalam diskusi ini, Dika Sri Pandanari mengakui buku ini terbentuk atas dorongan untuk lebih mendalami perdamaian, bukan semata-mata sekadar semangat menulis.

bedah-buku-jalan-damai-kita-yang-diselenggarakan-gusdurian-malang-memperingati-hari-toleransi-di-mbambes-coffee-rabu-16-11-malam-2

“Dimulai dari diri sendiri hingga di tengah societes. Kisah dan refleksi singkat para penulis menginspirasi kami mewujudkan perdamaian,” katanya.

Sedangkan Bakhru Tohir menyebut, buku “Jalan Damai Kita” merupakan pengorganisiran semangat kedamaiam yang selama ini berjalan sendiri-sendiri.

“Belum disuarakan bersama dan dikampanyekan secara massif,” jelas dia.

Hal sama diungkapkan Al Muiz Liddinillah, hadirnya buku ini atas inisiasi pemuda lintas iman yang mengharapkan toleransi dan perdamaian berlangsung di sekitar.

“Perlu kiranya ditorehkan dalam tinta, supaya pesan kedamaian dan toleransi tersampaikan secara baik,” paparnya.

bedah-buku-jalan-damai-kita-yang-diselenggarakan-gusdurian-malang-memperingati-hari-toleransi-di-mbambes-coffee-rabu-16-11-malam-3

Koordinator Gusdurian Malang, Najib, menambahkan, dari diskusi ini diharapkan menjadi energi untuk terus menyuarakan toleransi dan perdamaian dimanapun dan kapanpun.

“Kami berharap toleransi setiap saat bisa di dengungkan dan tidak sebatas momentum saja,” harapnya.

Diskusi di tutup sengan doa lintas imana, baik Agama Islam, Budha, Katholik, Kristen, dan Baha’i. Doa bersama itu ditujukan ke korban pengebomana di Samarinda serta perdamaian untuk Indonesia.