Berdalih Biaya Transport Wartawan, Pur Minta Uang Rp21 Juta ke Vihara

Kepala Vihara Dhammadipa Arama, Bhante Khantidharo.(Miski)
Kepala Vihara Dhammadipa Arama, Bhante Khantidharo.(Miski)

MALANGVOICE – Oknum yang mengaku Humas Vihara Dhammadipa Arama Kota Batu, Pur, ternyata juga meminta uang sebesar Rp21 juta, dengan dalih pengganti transportasi wartawan selama liputan.

Diberikan selama tiga tahap, pertama sebesar Rp8 juta, kedua Rp5 juta dan terakhir sebesar Rp8 juta.

“Bilangnya buat wartawan, karena wartawannya banyak, jadi minta tambahan lagi,” kata Kepala Vihara Dhammadipa Arama, Bhante Khantidharo, Sabtu (21/1).

Banthe menepis ada hubungan famili dengan yang bersangkutan, tapi, saat datang ke Vihara dan bertemu langsung dengannya, ia membawa nama-nama kakek dan pamannya. Nama-nama yang disebutkan itu memang kenal baik dengannya. Namun, sudah 30 tahun lebih tidak pernah bertemu.

Bhante mengaku yang bersangkutan baru dua minggu rutin datang ke Vihara. Kali pertama berkenalan, ia mengaku sebagai marketing Jawa Pos.

Pihaknya juga tidak memberi tugas bagi bersangkutan untuk menjadi Humas maupun marketing.

Selama ini, siapapun yang diangkat bekerja di Vihara, pihaknya tentu mengeluarkan Surat Keputusan (SK).

“Semula saya nilai anak ini baik. Ia menawarkan akan membantu mempromosikan Vihara, yakni mengundang wartawan,” ungkapnya.

Baca juga: Oknum Mengaku Humas Vihara Halangi TV Swasta Nasional Liputan

Bhante mengaku tidak tahu menahu adanya permintaan biaya liputan sebesar Rp20 juta terhadap kru media TV swasta nasional.

Ia baru mengerti setelah kru CNN Indonesia menemuinya dan mengklarifikasi langsung. Saat pertemuan, Pur juga hadir.

Bhante menegaskan jika siapapun yang datang ke Vihara, pintu Vihara terbuka lebar. Termasuk wartawan yang ingin meliput suasana dan aktivitas di Vihara.

“Tidak ada pemberitahuan ke saya. Undangan ke wartawan juga tidak memberi tahu saya lebih dulu. Saya juga tidak ada hubungan saudara dengannya, tapi dia ngakunya cucu saya,” jelasnya lebih lanjut.

Meski demikian, Bhante enggan membawa masalah ini ke ranah hukum. Kejadian ini, tambah dia, baru pertama kali dialami, ke depan pihaknya akan lebih waspada.

“Ya sudah, kalau saya ditipu, mungkin dulunya saya pernah menipu. Akan tetapi, sekilas saya melihat cara dia (Pur) berbicara kayak orang stres,” papar dia.