Wujudkan Konsep Green Kampus, Binus University Malang Luncurkan BIMASUSCA

Workshop ecoprint Binus Malang. (Istimewa)

MALANGVOICE – Kepedulian tentang lingkungan hidup jadi fokus utama dalam peluncuran Binus Malang Sustainable Campus (BIMASUSCA). Peluncuran itu ditandai dengan penanaman 1.000 pohon pada Jumat (22/4).

Deputy Campus Director – Academic Operations & Resources, Cuk Tho, S.Kom., M.M (IS), secara simbolis menanam bibit pohon di area sekitar kampus. Kegiatan ini melibatkan seluruh dosen, karyawan, dan Mahasiswa di Binus Malang.

Setelah launching, acara dilanjutkan dengan kegiatan workshop ecoprint, pembuatan batik dengan menggunakan pewarna alami dari dedaunan. Pelatihan ini diadakan secara gratis dengan tujuan untuk mengedukasi seluruh civitas akademika tentang kegiatan ramah lingkungan yang menarik dan bisa dilakukan semua kalangan.

Program ini mendapat respon positif dan didukung penuh Dr. Robertus Tang Herman, S.E., M.M. selaku Campus Director Binus Malang. Ia mengatakan, tingginya antusiasme atas kegiatan ini adalah langkah awal menjaga lingkungan hijau.

Workshop ecoprint Binus Malang. (Istimewa)

“Dengan tingginya antusiasme seluruh Binusian atas rangkaian kegiatan ini, diharapkan lingkungan kampus semakin hijau dan bersih serta rasa tanggung jawab seluruh civitas akademika dalam merawat bumi semakin kuat,” katanya.

BIMASUCA sendiri merupakan proyek inisiatif yang bertujuan untuk meningkatkan kepedulian lingkungan seluruh civitas akademika kampus Binus @Malang. Tim penggagas BIMASUCA terdiri dari dosen, staf, dan mahasiswa yang menggunakan latar belakang ilmunya masing-masing (Ilmu Komunikasi, Public Relations, Desain Interior, Desain Komunikasi Visual, Bisnis, dan Ilmu Komputer) untuk mewujudkan konsep green campus di Binus @Malang.

Ketua panitia acara, Lila Nathania, mengatakan, melalui workshop ecoprint ini mengajak seluruh civitas akademika Binus Malang paham betul dan terlibat langsung untuk penghijauan.

Workshop ecoprint ini adalah proses mewarnai kain menggunakan daun. Artinya produk yang digunakan 100 persen alami tanpa bahan kimia.

“Ada daun singkong, jati, jambu biji, yang bisa menghasilkan warna hijau alami. Prosesnya pun hanya digetok di kain katun yang sudah direndam dengan air tawas agar mampu menjaga warna lebih lama,” katanya.

Antusiasme peserta workshop pun terlihat. Mereka sangat tertarik melihat hasil pewarnaan kain karyanya sendiri.

“Jadi ini mengajarkan mencintai lingkungan dengan cara berbeda. Ini juga memberi ide bisnis karena kain ecoprint banyak digemari,” tandasnya.(der)