Wow! Film Karya Mahasiswa STMIK ASIA Malang Sabet Juara 2 Nasional FFMI

Dosen dan kru STMIK ASIA Malang. (Anja Arowana)

MALANGVOICE – Berbeda-beda namun tetap satu jua, Bhineka Tunggal Ika. Itulah pesan yang disampaikan dalam film berjudul ‘1 Cm Pancasila’ karya sembilan mahasiswa Sekolah Tinggi Manajemen Informatika & Ilmu Komputer Sekolah Tinggi Ilmu Informatika (STMIK) ASIA Malang , yang berhasil meraih juara 2 dalam Film Festival Mahasiswa Indonesia (FFMI) Kemenristek Dikti, Jakarta, Rabu (27/9)

Film berdurasi 5 menit itu berhasil menyabet juara dua karena berhasil mengangkat isu persatuan yang sekarang sedang ‘hangat’ dibahas dimana-mana. Dengan konsep sederhana yaitu kehidupan sehari-hari di kampus, film 1 Cm Pancasila membutuhkan waktu 3 minggu proses pembuatan. Film ini berhasil mengalahkan peserta lain dari 55 pergurun tinggi di Indonesia.

“Sebenarnya tergolong mepet. Tapi dengan semangat dan kemampuan mahasiswa, ternyata kami bisa mengumpulkan film tepat waktu untuk penjurian,” kata dosen pembimbing, Hendry Rochmad Dwi Happy, Rabu (4/10).

Film 1 Cm Pancasila disutradarai Teddy Tri Murdianto, mahasiswa jurusan Teknik Informatika Desain Grafis, dibantu 8 teman sejurusan yang sekaligus bertugas sebagai kru.

“Sebetulnya tidak menyangka dan kaget juga kok bisa jadi juara nasional ya. Padahal kami pengerjaannya mendadak sekali,” tukas Teddy.

1 Cm menceritakan seorang tokoh dari luar Jawa (diperankan oleh Alfinus Ataupah), yang datang ke Jawa untuk berkuliah. Tokoh ini mengalami banyak hambatan, lantaran berbeda suku, dia kesulitan bergaul dengan teman-teman di perkuliahannya. Dia juga kesulitan ketika mencari kos-kosan, karena banyak pemilik kos menolak mahasiswa asal timur.

“Jadi film ini mengangkat contoh sederhana saja, bagaimana jadinya apabila nilai-nilai pancasila sebegai pemersatu bangsa itu ‘bergeser’,” kata Teddy.

Meski menyabet juara, film karya mereka tidak luput dari kritikan pedas dewan juri yang juga pakar dan praktisi film ternama di Indonesia. Film mereka banyak mendapat masukan terutama dalam segi sinematografi dan penyampaian maknanya.

Kru berharap, film mereka bisa mengajak mahasiswa dan pemuda pada umumnya untuk menjaga rasa persatuan dan tidak mendiskriminasi teman yang berbada agama, suku, ras dan golongan tertentu.

“Kita harus saling menghormati sodar dan teman kita meski berbeda ras dan suku maupun agama,” tutur Teddy.(Der/Yei)