Wawan Sobari: Dinamika Politik Indonesia Saat ini Jadi Perhatian

gelaran Refleksi Akhir Tahun 2018 di Ruang Sidang Lantai 7 Gedung B FISIP UB, Rabu (26/12) siang. (Lisdya)

MALANGVOICE – Peneliti Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya (UB), Wawan Sobari menyebutkan di tahun 2018 ini tak sedikit masalah politik yang menyita perhatian publik.

Hal itu diungkapkan saat gelaran Refleksi Akhir Tahun 2018 di Ruang Sidang Lantai 7 Gedung B FISIP UB, Rabu (26/12) siang. Refleksi akhir tahun ini membahas tentang politik Indonesia yang masih Terpolar.

Sedangkan dari data Laboratorium Terpadu Ilmu Sosial Social Data Analytics FISIP UB mencatat banyak perbincangan di media sosial terkait politik.

“Keseluruhan data tersebut membuat polarisasi yakni membagi atas dua bagian kelompok atau lebih yang berkepentingan dan yang berlawanan. Semua mengarah ke politik dan Pilpres 2019 nanti,” kata Wawan.

Lebih lanjut, Wawan menyebutkan dalam penelitian ini pihaknya menganalisis sejumlah fenomena politik yang diperoleh dari media sosial.

“Kemudian kami menemukan semua perbincangan di media sosial itu mengindikasikan adanya Solidaritas, Resistensi dan Simplifikasi (SRS). Kehidupan perdebatan politik nasional yang tampak di permukaan (cyber/netizen) semakin personal mengarahkan pada dua figur yang berkompetisi saat ini,” terangnya.

Ia pun menambahkan fenemona tersebut bisa menjadi polarisasi yang membuat politik identitas kelompok dalam membela kandidat dan terpecah belah. Kemudian diliput dan direproduksi oleh media.

“Personalisasi ini melahirkan politik yang cenderung ekstrim di masyarakat. Dalam kasus ini, figur atau tokoh politik menjadi lebih penting daripada kebijakan-kebijakan yang dibuat,” tegasnya.

Keterbelahan itu bisa saja menjadi pengingat bagi penyelenggara pemilu, pemerintah dan aparat keamanan dengan harapan untuk dilakukan rekonsiliasi. Ia pun berharap ini dapat diwujudkan secara teknis melalui upaya-upaya pelibatan, pengakuan, serta reduksi personalisasi politik.

Sementara itu, Peneliti Pemerintahan FISIP UB, Rachmad Gustomi menyebutkan polarisasi yang terjadi tidak semestinya buruk. Sebab, secara tidak langsung memberikan edukasi kepentingan dan membuat masyarakat semakin tinggi dalam berpolitik.

“Pada skala ini politik di Indonesia tengah berada pada fase Rezim Kebenaran. Ini berkaitan dengan hasrat berkuasa golongan atau figur tertentu,” paparnya.

Ia pun mencontohkan tentang respon netizen terkait film ‘Hanum dan Rangga’, dan film ‘A Man Call Ahok’. Kemudian, hastag 2019 Ganti Presiden saat Reuni Akbar 212 yang saat itu mencapai 13 persen. Acara yang berlangsung saat itu, sangat positif, dengan diwarnai sholawat, takbir, dan berlangsung damai.

“Rezim kebenaran ini bertingkat. Salah satunya, agama bukan sebagai kebenaran tapi alat untuk membenarkan,” pungkasnya. (Hmz/Ulm)