UMM Tegaskan Inklusivitas, Begini Alasannya

Kunjungan Badan Gereja Nasional (istimewa)
Kunjungan Badan Gereja Nasional (istimewa)

MALANGVOICE – Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) kian menegaskan diri sebagai kampus yang memberi ruang yang luas bagi keragaman dan kerukunan. Hal itu tampak jelas pada Silaturrahim Pengurus Pusat Badan Musyawarah Antar Gereja (BAMAG) bersama pimpinan UMM tingkat universitas dan fakultas, di Taman Sengkaling UMM, Senin (13/11).

Rektor UMM, Drs Fauzan mengatakan, UMM sebagai amal usaha Muhammadiyah selalu membuka diri bekerja sama dengan berbagai komunitas dan lembaga lintas suku, ras dan agama. Saat ini, kata Rektor, sekitar lima persen dari mahasiswa UMM adalah non-Muslim.

“Secara keseluruhan, jumlah mahasiswa UMM sekitar 34 ribu. UMM hanyalah salah satu dari 174 pendidikan tinggi Muhammadiyah (PTM). Jika ditotal, jumlah mahasiswa yang kuliah di kampus Muhammadiyah yaitu sekitar 640 ribu orang,” kata Rektor.

Dalam mengembangkan istitusi, UMM bersifat inklusif dan terbuka pada agama lain. Misalnya kemitraan UMM dengan komunitas Indonesia Tionghoa (INTI) dan Universitas Ma Chung untuk hilirisasi riset yang menegaskan hal itu. UMM juga mengembangkan kurikulum Al-Islam dan Kemuhammadiyah-an (AIK) bagi mahasiswa yang beragama selain Islam karena PTM di beberapa daerah Timur Indonesia, persentase mahasiswa Muslim lebih sedikit.

Sementara itu Ketua Umum Badan Pengurus Pusat BAMAG Lembaga Keagamaan Kristen (LKK) Indonesia Agus Susanto, mengatakan, ketertarikan BAMAG pada UMM lantaran kampus ini berangkat dari kekuatan spiritualitas.

“BAMAG dan UMM punya kesamaan, yaitu membangun pengetahuan yang dimulai dari rasa takut akan Tuhan. Sehingga tidak mungkin korupsi kalau jadi menteri dan tidak conkak jika berilmu,” kata Agus.

Agus juga berharap UMM terus maju sebagai center of excellence. “Dengan begitu jika nanti kami titip anak-anak kami kuliah di sini, maka pandaikanlah anak-anak kami seperti halnya UMM memandaikan anak-anak Muhammadiyah,” pungkasnya.(Der/Aka)