UM Bakal Kukuhkan Guru Besar Pertama Pendidikan Fisika

Guru besar pertama Ilmu Pendidikan Fisika, Sutopo. (Istimewa)

MALANGVOICE – Guru besar pertama Ilmu Pendidikan Fisika, Sutopo, akan dikukuhkan menjadi guru besar ke-82 Universitas Negeri Malang (UM) pada Senin (14/1) besok.

Dalam pengukuhannya, Sutopo akan memberikan pidato terkait fasilitas siswa untuk memahami fisika secara bermakna dan koheren.

“Kesan kita selama ini fisika itu sulit, banyak rumus. Nah, bagaimana caranya fisika itu bagi siswa-siswi bermanfaat dan mudah. Tidak terkesan sulit dan hanya orang-orang pintar yang bisa fisika,” katanya usai gladi bersih pengukuhan, Jumat (11/1).

“Kami perlu mengantisipasi bahwa pembelajaran perlu dikemas berdasarkan bab, kami pun harus memperhatikan secara seksama bagaimana keterkaitan materi antara bab itu dapat membantu siswa membangun pengetahuan fisika secara koheren,” tambahnya.

Ia pun menilai, banyak tantangan bagi guru-guru fisika. Pertama, berkaitan dengan pengetahuan awal siswa. Sebelum belajar fisika secara formal, siswa sudah memiliki teori sendiri tentang bagaimana alam bekerja.

“Teori-teori itu disebut naif dan dibangun berdasarkan pengalaman panjang berinteraksi dengan lingkungan, tetapi tidak dirumuskan melalui rangkaian berpikir yang mendalam. Celakanya, siswa cenderung tetap menggunakan teori naifnya meskipun prinsip fisika yang relefan sudah mereka pelajari,” jelasnya.

Tantangan kedua adalah bagaimana membantu siswa memandang fungsi rumus dalam fisika secara benar dan memaknainya secara baik. Sebagaimana kita ketahui, ide-ide fisika (prinsip, hukum, teori) selalu diungkapkan dalam persamaan matematika.

“Seharusnya kita membantu siswa memaknai rumus fisika secara baik. Ketika diminta mendeskripsikan suatu rumus, pada umumnya siswa sekedar melafalkan setiap lambing dalam rumus. Memahami rumus fisika tidak sekedar bisa memetakan setiap lambing besaran fisika yang diwakilinya kemudian melafalkannya secara verbal,” tegasnya.

Tantangan ketiga adalah berkaitan dengan faktor bahasa. Banyak istilah dalam kehidupan sehari-hari yang diadopsi dalam fisika dengan maksud agar fisika tampak lebih humanis, meskipun makna khusus dalam fisikanya berbeda dengan makna sehari-hari.

“Maka menurut saya teman-teman guru harus punya perhatian besar pada ilmu-ilmu siswa yang dibawa dari pengalaman. Jika sudah memahami maka akan menemukan cara untuk bisa diperbaiki,” pungkasnya. (Der/Ulm)