Tugas UAS, 150 Mahasiswa Pentaskan Puisi Penyair Ternama

Mahasiswa percaya diri membaca puisi karya sastrawan ternama (ist)
Mahasiswa percaya diri membaca puisi karya sastrawan ternama (ist)

MALANGVOICE – Tidak hanya menguasai khazanah budaya dan bahasa Indonesia, mahasiswa program studi (prodi) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) rupanya juga pandai membawakan puisi para penyair-penyair ternama.

Selama 3 hari (16-18/1), sebanyak 150 mahasiswa membawakan 45 puisi dari sejumlah penyair masyhur. Pementasan dan musikalisasi puisi ini berlangsung di Gedung Kuliah Bersama (GKB) 1 UMM.

Kegiatan ini merupakan inovasi Ujian Akhir Semester (UAS) mata kuliah membaca puisi. Dosen pengampu mata kuliah tersebut, Dr Hari Sunaryo MSi menyatakan, pementasan ini mengajarkan mahasiswa untuk bisa ‘membaca’ sastra. Bukan hanya membaca secara tertulis saja, tapi juga membaca subtansinya.

Menurut Hari, jika hanya belajar teori tanpa praktek, maka puisi tidak akan bisa hidup. Calon guru bahasa dan sastra Indonesia memang harus bisa menguasai pertunjukkan puisi. Baginya, di sekolah nantinya, guru dituntut menyelenggarakan pementasan puisi.

Pementasan merupakan salah satu bentuk ketrampilan riil yang difasilitasi prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Tujuannya, untuk membekali calon guru agar lebih profesional.

“Tidak mungkin seorang guru bahasa Indonesia tidak bisa membaca puisi. Nah, di prodi ini kita tempa mahasiswa untuk menjadi profesional,” ungkapnya.

Hari menuturkan, mahasiswa juga ditingkatkan kreativitasnya melalui pementasan ini, karena semuanya dikerjakan mahasiswa; desain ruangan, alur cerita puisi, pemilihan puisi hingga kostum dan make-up.

“Jadi, selama 30 menit setiap kelompok akan menampilkan puisi dengan hasil usaha mereka sendiri,” jelas dosen yang juga Wakil Dekan III FKIP UMM itu.

Salah satu mahasiswa yang turut serta dalam pementasan tersebut, Indah Rahayuning Tyas menyatakan, meskipun sudah satu bulan menjalani masa latihan, dirinya tetap sedikit grogi karena akan ditonton banyak orang.

“Rasanya campur aduk antara senang akan tampil dan grogi karena takut tidak bisa menyampaikan pesan dari puisi karya Kahlil Gibran,” jelas Tyas, sapaan akrabnya