Test Case, Benarkah Publik Merindukan Malang Tempo Doeloe?

Malang Tempo Doeloe 2017

Konseptor Festival Malang Tempo Doeloe, Dwi Cahyono (paling kanan), serius menggodok event ini. (Muhammad Choirul)

MALANGVOICE – Festival Malang Tempo Doeloe (MTD) 2017 yang bakal berlangsung Minggu (12/10) besok, sekaligus dijadikan sarana menguji kerinduan publik. Konseptor Festival MTD, Dwi Cahyono, menyebut ajang ini sebagai test case.

Karena itu, pelaksanaan hanya digeber dalam waktu sehari. Ini berbeda dengan rangkaian Festival MTD pada tahun-tahun sebelumnya yang berlangsung selama beberapa hari. Lokasinya pun tidak lagi di sepanjang Jalan Ijen, melainkan sebatas kawasan Simpang Balapan.

“Ini test case. Apakah publik masih benar-benar membutuhkan Festival MTD digelar secara rutin atau tidak. Kalau memang benar kangen, ya harus mendukung,” tandasnya.

Dukungan publik itu, dapat disalurkan melalui partisipasi aktif hadir ke lokasi festival sesuai ketentuan. Artinya, publik tidak bisa seenaknya merusak konsep yang telah digodok panitia.

Evaluasi dari tahun – tahun sebelumnya, masih banyak pengunjung yang tidak berbusana ala zaman dahulu. “Nanti kami akan lebih selektif menerima pengunjung. Harus berpakaian tempo dulu,” tegasnya.

Selain itu, membeludaknya pedagang kaki lima (PKL) juga menjadi catatan. Karena itu, pihaknya akan mengantisipasi bersama Pemkot Malang agar lokasi Festival MTD bersih dari PKL.

“Prinsipnya kita ini belajar bersama. Semua berawal dari kesadaran masyarakat. Kalau masyarakat sadar pentingnya merawat sejarah, maka harus bersama menyukseskan event ini,” pungkasnya.(Der/Yei)