Terduga Teroris Tak Banyak Berkomunikasi

Tim Brimob melakukan penyisiran di makam Mbah Setyo Desa Patokpicis, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang.
Tim Brimob melakukan penyisiran di makam Mbah Setyo Desa Patokpicis, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang.

MALANGVOICE – Sukirno, juru kunci makam Mbah Setyo Setuhu menjelaskan, dua orang terduga teroris yang ditangkap Densus 88 tidak menunjukkan penampilan yang mencolok selama berada di kawasan makam.

“Dua orang, satu agak tua dan satunya masih muda,” kata pria 48 tahun itu.

Sukirno menjelaskan, penampilan terduga yang berusia muda cukup ‘eye catching’ karena dinilainya gagah. Sementara salah satunya, berpakaian seperti orang kebanyakan yang datang ke makam Mbah Setyo Setuhu untuk ziarah.

“Yang muda ganteng dan gagah,” kata Sukirno.

Ia menjelaskan, keduanya tidak membawa banyak barang. Hanya ransel berukuran besar. Namun Sukirno sendiri tidak terlalu yakin karena tidak banyak berkomunikasi dengan terduga teroris berasal dari Jawa dan Sulawesi tersebut.

Hal sama juga diungkapkan Iswahyudi, peziarah yang tinggal di kawasan makam itu juga tidak banyak berkomunikasi dengan pendatang baru yang belakangan ditangkap densus 88.

“Mereka cenderung pendiam, nggak banyak berkomunikasi. Di sini sekitar seminggu,” kata pria yang beralamat di Mergosono, Kota Malang itu.

Makam Mbah Setyo Setuhu sendiri berada di lokasi yang terpencil. Akses jalan ke makam adalah bebatuan berpasir dan berkelok naik turun. Hanya kendaraan jenis trail atau mobil 4×4 yang bisa mencapai lokasi di ketinggian sekitar 700 mdpl tersebut.

Kepala Desa Patokpicis, Sulaiman menjelaskan, makam Mbah Setyo Setuhu merupakan kompleks makam dua tokoh desa yang dikeramatkan yaitu mbah Setyo dan Mbah Setuhu. Biasanya peziarah datang dari berbagai daerah sekitar, khususnya warga Tengger.

“Biasanya saat menjelang perayaan karo, warga Tengger ziarah ke sini. Kalau malam Jumat ramai, bisa sampai 20-30 orang yang datang berziarah,” kata Sulaiman.