Tanah Kawasan Payung Banyak Kandungan Air, Sumur Pelega Disiapkan

MALANGVOICE – Retaknya Jalan Brigjen Moh Manan (Payung I), Songgokerto, Kota Batu membuat masyarakat was-was akan terjadinya bencana longsor. Pasalnya selain retak, tanah di kawasan itu juga ambles sehingga potensi longsor semakin besar.

Hal itu membuat BPBD Jatim lakukan kajian terkait tanah di tempat itu. Hasilnya ditemukan tanah di jalan provinsi itu lunak akibat banyak kandungan air yang tersimpan di kedalaman 25 meter bahkan 2 meter.

“Kondisi itu sangat riskan memicu tanah labil yang akan menjadi jenuh karena meningkatnya air yang terkonsentrasi dalam tanah. Melihat kondisi itu, potensi gerakan massa tanah akan sangat tinggi begitu puncak musim penghujan,” jelas Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kota Batu, Achmad Choirur Rochiim.

Selain struktur tanah lunak dan banyak kandungan air, kontur jalan pada kawasan itu didominasi kemiringan lereng. Kondisi kontur yang seperti itu semakin membuat kawasan di sana rawan longsor.

“Karakter kontur wilayah di Payung sama seperti di Dusun Brau, Desa Gunungsari. Pergerakan tanah terjadi di dusun ini. Lambat laun terjadi volume dan beban berat tanah pada bagian lereng bertambah. Sehingga pada titik tertentu akan mengakibatkan longsor,” imbuh Rochiim

Rapat koordinasi dilakukan antar lintas instansi untuk menentukan langkah teknis penanganan jangka pendek di lokasi terjadinya keretakan dan amblesnya permukaan tanah. UPT PJJ Dinas PU Binamarga Pemprov Jatim akan membuat sumur pelega diameter satu meter di beberapa titik.

“Sumur pelega mengurangi air agar tak terkonsentrasi yang mengakibatkan terjadinya kejenuhan tanah,” kata dia.

Penanganan jangka pendek lainnya dengan normalisasi dan memperlebar saluran drainase. Kemudian akan dipasang box culvert. Serta bagian tepi jalan yang masih berupa tanah akan dirabat agar air tak meresap ke dalam tanah.

“Penanganan jangka pendek hanya menghambat. Minimal jangan sampai jalan putus dulu dan tidak ada percepatan tanah longsor,” ujar dia.

Penanganan jangka panjang baru akan bisa dilakukan setelah ada kajian dari akademisi. Pihak akademisi mengkaji rancangan konstruksi yang pas untuk diaplikasikan di kawasan Payung agar kejadian semacam itu tak terulang terus.

“Penurunan permukaan tanah paling signifikan terlihat pada 2013 kemarin. Akhirnya pembangunan jalan dipasang paku bumi sedalam 15 meter. Ternyata saat ini ambles lagi,” papar Rochiim.(der)