Sutiaji: Game dan Aplikasi Serap Ribuan Tenaga Kerja

Wali Kota Malang Sutiaji saat presentasi atau paparan di Hotel Alila Jakarta, Selasa (18/6). (Humas Pemkot Malang)

MALANGVOICE – Kota Malang menjadi wilayah yang tumbuh subur oleh industri kreatif, tak terkecuali perusahaan game dan aplikasi. Hal itulah yang menjadikan Bumi Arema maju dalam nominasi kota kreatif Nasional yang diselenggarakan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf).

Wali Kota Malang Sutiaji memaparkan presentasinya bertajuk Menuju Malang Digital Creative City di hadapan dewan juri. Bahwa dalam subsektor game dan aplikasi, Kota Malang mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan selama dua tahun terakhir. Pada tahun 2017 perusahaan, startup dan studio pada bidang ini sejumlah 92 dan dalam kurun waktu 2 tahun meningkat pesat menjadi 151 perusahaan.

“Kota Malang banyak ditunjang dengan banyak kampus ternama, pariwisata yang menggeliat dan ekonomi kreatif yang berkembang pesat sehingga saat ini menjadi pusat perdagangan dan jasa di kawasan Malang Raya,” kata Sutiaji di Hotel Alila Jakarta, Selasa (18/6).

Hal itu, lanjut dia, sinergi dengan pertumbuhan komunitas kreatif dari 10 komunitas pada tahun 2017 dan kini meningkat menjadi 18. Begitu pula co-working space juga mengalami perkembangan pesat dari 5 menjadi 13 dan kini sedang diupayakan tambahan 1 co-working space di setiap kecamatan.

Pertumbuhan industri dalam subsektor bidang game dan aplikasi tersebut berdampak positif pada perekonomian masyarakat dan serapan tenaga kerja. Data Pemerintah Kota Malang menyebut hingga saat ini, subsektor game dan aplikasi mampu menyerap lebih dari 2200 tenaga kerja, 624 personal linear dan aktif dalam bidang tersebut.

Dari jumlah 151 perusahaan bidang aplikasi dan game yang ada di Kota Malang, terdapat 7 studio game dan 144 studio aplikasi dengan kualifikasi 8 perusahaan besar dengan pendapatan mencapai lebih Rp 10 miliar per tahun, perusahaan 20 perusahaan sedang dengan penghasilan mencapai Rp 1 miliar rupiah sampai maksimal Rp 10 miliar per tahun dan 123 perusahaan kecil dengan pendapatan berkisar antara Rp 100 juta sampai Rp 999 juta per tahun.

“Ekonomi kreatif dipandang mampu menjadi pengungkit kesejahteraan masyarakat, menjadi jawaban penciptaan lapangan pekerjaan, implementasi smart city, serta menjawab tantangan dalam era industri 4.0,” urai Sutiaji.

Ia menambahkan, fokus pengembangan Pemkot Malang dalam mendongkrak ekonomi kreatif meliputi tiga hal, yakni penyediaan infrastruktur, perkembangan ekosistem, dan peningkatan pemasaran, dimana hal itu telah ditetapkan dengan Peraturan Wali Kota Malang No 12 Tahun 2018.

“Malang Creative City dibangun dengan modal kekuatan kolaborasi pentahelix yang menyadari potensi luar biasa sinergi, bukan dari satu atau dua golongan semata,” sambung dia.

Upaya mengembangkan subsektor game dan aplikasi ini, lanjut Sutiaji, Pemkot Malang telah menggelontorkan program pendukung diantaranya yakni 45 program jangka pendek, 34 program jangka menengah dan 55 program jangka panjang termasuk rencana membangun Malang Creative Centre pada tahun 2020 mendatang.

“Kita berharap dengan masuknya Kota Malang sebagai 10 nominasi kota kreatif ini menjadi pelecut bersama dalam mengambangkan industri ekonomi kreatif yang saat ini berkembang cukup pesat,” ujar pria berkacamata ini.

Bahkan, kata wali kota, dalam nota perjanjian dengan Pemerintah Kota Batu dan Pemerintah Kabupaten Malang, terdapat juga MoU terkait dengan pengembangan ekonomi kreatif dengan melihat potensi masing-masing daerah.

“Tentu hal ini sangat positif dan kita optimis Kota Malang bisa menjadi 4 kota sebagai role model kota kreatif di Indonesia,” pungkasnya.

Perlu diketahui, Kota Malang masuk 10 Besar nominasi Kota Kreatif Indonesia yang dipilih Badan Ekonomi Krearif (Bekraf). Usai melalui tahapan uji Petik Penilaian Mandiri Kabupaten/Kota Kreatif Indonesia tahun 2016 sampai tahun 2018, akhirnya terseleksi 10 daerah yang masuk nominasi, termasuk Kota Malang.

Nantinya, akan ada empat kota/kabupaten yang ditetapkan sebagai role model kota kreatif di Indonesia. Khsusus Kota Malang, mengandalkan subsektor aplikasi dan game, sehingga optimis bisa masuk menjadi role model empat kota kreatif di Indonesia.(Der/Aka)