Sujiwo Tejo di Unisma: Beber Keterkaitan Agama dan Budaya

Sujiwo Tejo saat di Unisma. (Anja)
Sujiwo Tejo saat di Unisma. (Anja)

MALANGVOICE – Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Agama Islam Universitas Islam Malang (Unisma) menggelar Seminar Nasional bertajuk ngaji budaya bersama Sujiwo Tejo, Rabu (7/3). Pada seminar ini, Sujiwo Tejo mengajak mahasiswa mengkritisi sikap-sikap skeptis di kalangan masyarakat mengenai kaitan antara agama dan budaya.

Agama yang dibudayakan adalah ajaran suatu agama yang di implementasikan dalam kehidupan sehari-hari oleh penganutnya. Secara singkat dikatakan bahwa membudayakan agama berarti membumikan dan melaksanakan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. Sujiwo Tejo mengungkapkan, Aceh adalah salah satu daerah yang berhasil mengemas agama menjadi budaya.

“Contohnya tari Saman Aceh. Di dalam tari Saman alunan lagunya yang digunakan itu adalah bacaan tahlil dan beberapa bacaan lainnya,” ungkapnya.

Dalam kesempatan itu Sujiwo Tejo menceritakan, ada tiga runtutan sebenarnya saat orang itu akan bertindak, antara lain ‘Miliki’ yang berarti memulai, ‘Nengahi’ yang berarti menjalankan dan yang terakhir ‘Mungkasi’ yang berarti menyelesaikan

Menjelaskan pandangannya terhadap agama, pria yang akrab disapa Mbah Tejo, menuturkan, agama yang di ridhoi adalah agama yang berserah diri.

Mbah Tejo, sempat menjawab salah satu pertanyaan dari audience terkait adat Jawa sebelum melangsungkan pernikahan yakni penghitungan weton. Mbah tejo menjawab, perhitungan weton adalah hasil buah pikiran mendalam dari orang jaman dulu, dan sudah pasti ada alasannya yang mendasari terlahirnya pikiran itu.

“Contohnya saja seperti salah satu lagu karangan saya yang hingga saat ini menjadi lagu wajib setiap kali mantenan, padahal pada saat menciptakan lagu itu saya berniat untuk bermesraan dengan Tuhan, tapi saat ini lagu itu digunakan untuk maksud lain” pungkasnya.

Dalam kegiatan ini, Mbah Tejo juga menyelipkan sedikit aksi musikalisasi dan puisi dibantu oleh PSM Bunga Almamater.(Der/Aka)