SPD Curhat Problem Perempuan Desa ke DPRD Batu

Sekolah Perempuan Desa saat berada di Kantor DPRD Batu
Sekolah Perempuan Desa saat berada di Kantor DPRD Batu (fathul)

MALANGVOICE – Belasan anggota Sekolah Perempuan Desa (SPD) dari Giripurno, Bulukerto, Sidomulyo, dan Gunungsari, mencurahkan isi hati ke anggota Dewan terkait beberapa hal, mulai dari ketersediaan air, wisata, hingga alih fungsi lahan.

Ketua SPD, Salma Safitri, mengatakan, perubahan Kota Batu sebagai kota wisata tidak serta merta meningkatkan kesejahteraan warga. Perempuan petani yang tinggal di desa, banyak yang kehilangan tanah akibat alih fungsi lahan.

“Beban hidup di kota ini semakin meningkat, tidak dibarengi meningkatnya upah buruh tani, apalagi Pemkot Batu katanya menaikkan pajak bumi dan bangunan yang konon mencapai 300 persen, tahun ini,” ungkap Salma kepada anggota Dewan.

Selain itu, berubahnya lanskap Kota Batu juga berdampak pada kelestarian lingkungan. Apalagi daerah resapan air berkurang sehingga jumlah mata air pun menurun drastis. Dari 111 mata air, tambahnya, saat ini hanya tersisa 53 saja.

“Di Kecamatan Bumiaji, awalnya ada 57 sumber, sekarang tinggal 28 saja. Di Kecamatan Batu tersisa 15 sumber air padahal awalnya 32. Begitu pula di Junrejo, dari 22 sumber air, tinggal 15 saja saat ini,” imbuhnya.

Padahal 80 persen warga Batu hidup dari sektor pertanian, sehingga kebutuhan air sangat vital. Di beberapa daerah persawahan, kelangkaan air menyebabkan agenda pengairan harus dilakukan lebih pagi secara bergiliran. Situasi ini, sebut Salma, kadang menimbulkan ketegangan diantara warga.