Sinyo Jual Lukisan, Sebarkan Gagasan Berseni ke Masyarakat

Riyanto dengan lukisan berjudul ""Predator: Berburu atau Diburu". (Fathul/malangvoice)

MALANGVOICE – Memiliki ideologi dalam berkesenian itu harus, tetapi ikut pasar modern agar hidup berkesenian tetap jalan juga perlu. Paling tidak hal inilah yang tengah dilakukan seorang pelukis seperti Riyanto (39).

Ditemui MVoice di Galeri Raos, Riyanto tampak sibuk memperhatikan temannya yang sedang memoles kanvas. Di antara sekian banyak lukisan yang terpajang, beberapa adalah titipan dari teman-temannya sesama pelukis.

Riyanto bercerita jika ia baru menekuni bidang lukis tahun 2010 lalu. Untuk ukuran seniman, kata lelaki yang menggunakan nama lukis “Sinyo” ini, 5 tahun adalah usia yang sangat muda. Dengan rendah hati ia mengatakan bila lukisannya belum sempurna.

“Dulu tahun 2010 saya menjadi perwakilan Kota Batu untuk ikut workshop seni lukis oleh Kemenpora. Nah, sejak itu saya menjadi serius karena sudah mendapatkan bekal,” ujar Riyanto kepada MVoice.

Belasan karyanya ini hingga sekarang masih dipajang untuk dijual di luar Galeri Raos, Jalan Panglima Sudirman, Kota Batu mulai harga Rp 500 ribu. Memilih memajang lukisan di luar galeri, kata Riyanto, supaya masyarakat umum bisa melihat dan tidak takut untuk masuk galeri.

Karena berdasarkan pengalaman Riyanto, berjualan di dalam galeri memberikan kesan eksklusif. Ia ingin menyebarkan lukisan miliknya sehingga ia harus berani berjualan di pinggir jalan, tanpa mengabaikan kualitas lukisan yang dijualnya.

Namun, dari sekian banyak lukisan itu ada satu yang sangat spesial bagi dirinya. Yaitu lukisan berjudul “Predator: Berburu atau Diburu” yang bermakna hidup harus selalu mencari, namun tetap dalam aturan-aturan, karena tidak ada kebebasan yang melampaui batas.

Karya tersebut memang tampak berbeda dengan karya lainnya. Dengan goresan seperti surrealisme atau absurd, Riyanto menyebutnya sebagai seni lukis murni. Murni, karena lukisan tersebut tebentuk dari imajinasi murni, dari pemikiran yang mendalam, bukan mencontoh sesuatu yang telah ada.

Baginya, lukisan seperti itu tidak ada bandingan harga. Namun bagi orang-orang tertentu, lukisan tersebut akan dilepaskan karena nilainya, bukan karena nominal uang. Karena dengan karya murni inilah, lanjut Sinyo, seorang pelukis seperti dirinya melakukan kritik sosial.

“Karya murni begini biasanya menunjukkan gaya dan kepribadian pelukisnya. Istilahnya kalau pelukis bisa bilang karya itu “aku banget”. Jadi kita menyampaikan pesan dan bersosialisasi dengan sekitar lewat karya tersebut. Makanya sangat berbeda dengan karya lainnya,” tambahnya.

Karya lukisan lain yang dimiliki pria berambut gondrong ini, ada yang melukiskan pemandangan alam, ikan-ikan di dalam kolam, gambar bunga beserta vasnya di meja, dan beberapa variasi lukisan yang disebut Riyanto sebagai pengalaman sehari-hari manusia.

“Kalau karya murni dari pemikiran dan kreativitas pelukis, kalau karya lain bisa meniru dari alam, foto, atau lingkungan sekitar. Gunanya ya untuk pajangan di rumah biar lebih artistik,” tandasnya.-