Seniman ini Tampilkan Wayang Wolak-Walik dan Sindir Wartawan

Perform Jumali atau Lek Jum dengan Wayang Wolak-Walik di Galeri Raos Kota Batu, Kamis malam (19/4). (Aziz / MVoice)

MALANGVOICE – Seni bisa jadi media efektif mengekspresikan diri dan menyampaikan pesan. Seperti apa yang ditunjukkan Jumali lewat Wayang Wolak-Walik, Kamis malam (19/4) bertempat di Galeri Raos Kota Batu.

Diiringi petikan dawai dari Kak Aziz, Jumali memainkan wayangnya dari balik layar putih berukuran 1×1,5 meter dan disorot lampu tersebut. Wayang yang digunakannya bukan wayang pada umumnya. Sebab ada berbagai bentuk kreasi.

Tema cerita yang disorot yakni pers, dan wartawan atau jurnalis. Ini sesuai dengan agenda acara Pemutaran Film dan Eksibisi Jejak Tokoh Pers Indonesia ‘Perjuangan Belum Berakhir’ oleh penyelenggara Akarmaya. Acara dimulai 19 April hingga 22 April mendatang.

“Hari ini banyak wartawan pesanan. Produk jurnalistik didominasi pemanis iklan. Jadi poles bibir semata dan pencitraan,” kata pria akrab disapa Lek Jum dalam pertunjukannya.

Pada zamannya, lanjut Lek Jum, wartawan seperti Mochtar Lubis mementingkan sikap. Hingga pada akhirnya, pendiri Harian Indonesia Raya tersebut pernah mendekam di balik jeruji besi penjara.

Perform Jumali atau Lek Jum dengan Wayang Wolak-Walik di Galeri Raos Kota Batu, Kamis malam (19/4). (Aziz / MVoice)

“Jurnalis harusnya punya sikap. Pers memiliki tanggung jawab dan tidak oportunistik. Beda sekarang banyak yang dipelintir,” sambung pria asal Kepanjen Kabupaten Malang ini.

Acara ini adalah eksibisi serta pemutaran film dokumenter yang dibuat oleh Tim Performance Research Ilmu Komunikasi Universitas Brawijaya. Yakni tentang 8 tokoh Pers Indonesia yaitu HOS Cokroaminoto, BM Diah Herawati Diah, Rosihan Anwar, Mochtar Lubis, PK Ojong, Jakob Oetama dan Ashadi Siregar. Tujuan utama dari pemutaran film dan eksibisi ini adalah untuk memperkenalkan kembali para tokoh pers di Indonesia khususnya terdapat tokoh yang diteliti serta membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya press juga peranannya bagi negara Indonesia. 

“Selain itu ada penampilan Wheatpaste dan mural berkerja sama dengan seniman dari Semeru Art Galeri. Semuanya juga tentang perjuangan pers nasional,” beber Azkiyah perwakilan Arkamaya.(Der/Ery)