MALANGVOICE – Peserta Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2017 bisa memilih dua metode ujian. Secara tertulis atau paper based test (PBT) dan berbasis komputer atau computer based test (CBT).
Meski penyelenggara ujian CBT masih terbatas, panitia SBMPTN 2017 mengklaim pelaksanaan CBT jauh lebih efisien dan minim risiko kesalahan pengisian lembar jawaban kerja (LJK).
Seperti ini penjelasan Wakil rektor 1 Universitas Brawijaya, Prof Dr Kusmantoro, menjelaskan, sebelum pelaksanaan SBMPTN CBT, para peserta dapat melihat pola ujian dengan mengunduh mini tes di laman SBMPTN. Hal ini bertujuan supaya para peserta mampu memahami mekanisme sehingga tidak terjadi kesalahan saat ujian yang sesungguhnya.
Dia menambahkan, terdapat perbedaan jumlah peserta di lokasi CBT satu dengan yang lainnya. Sedangkan untuk PBT standar jumlah peserta di setiap ruangan sama. Menurut dia, perbedaan tersebut lantaran setiap kampus punya kemampuan masing-masing dalam menyelenggarakan SBMPTN CBT.
Selain itu, pada CBT hanya dibutuhkan satu klik untuk memilih jawaban. Dengan begitu, waktu yang biasanya untuk mengarsir bulatan di lembar jawaban bisa bermanfaat untuk mengerjakan soal.
Peserta SBMPTN CBT, lanjut dia, bisa mengubah jawaban setiap saat selama waktu masih tersedia. Pasalnya, CBT pada SBMPTN dirancang dengan fitur navigasi ke semua soal. Peserta juga dapat kembali me-review soal-soal yang sudah dikerjakannya.
Beberapa kampus yang termasuk dalam 30 penyelenggara SBMPTN CBT di antaranya Universitas Syiah Kuala, Universitas Indonesia, Institut Pertanian Bogor, Universitas Padjadjaran, Universitas Gadjah Mada, Universitas Dipenogoro, Universitas Brawijaya, Universitas Udayana, Universitas hasanuddin, Universitas Sam Ratulangi, dan Universitas Pattimura.
Kuota untuk SBMPTN CBT tahun ini adalah 30.000 peserta. Siapa yang paling cepat mendaftar, mereka berkesempatan melaksanakan ujian secara CBT di pilihan tempat ujian masing-masing.