Say No to Pikun! (Bentuk Perhatian Individu dan Keluarga)

Oleh: Yuni Hermawaty MPsi *)

 

MALANGVOICE – Pikun atau lupa, rasanya tidak ada satupun orang yang berniat memiliki gejala tidak mampu mengingat hal-hal yang pernah ia alami. Sekalipun pikun atau lupa dapat dialami oleh semua orang, umumnya gejala ini di alami bersamaan dengan meningkatnya usia. Di atas usia 60 tahun sering terdengar keluhan daya ingat, juga menurunnya kemampuan mengingat.

Kondisi lupa ini bisa terjadi ketika mengingat kata, nama,benda, angka, tempat ataupun lainnya dan mungkin jika dikaitkan dengan suatu hal akan perlahan teringat. Inipun membutuhkan waktu yang sangat lama. Akan sangat sedih bagi orang-orang disekitar ketika mengetahui jika kakek atau nenek tidak mengingat cucunya, bahkan hal sederhana yang biasa dilakukan.

Banyangan jika kakek atau nenek akan menjadi bingung ketika banyak hal yang ada dalam memorinya menjadi berkurang perlahan. Lantas apakah seseorang yang lanjut usia memiliki peluang untuk tetap memiliki ketajaman daya ingat pada usianya? Menurut penelitian yang tersedia oleh seorang pakar gerontology Warner Schale menjelaskan jika masih memungkinkan seorang lanjut usia berada pada kategori sebagai berikut :

  1. Kondisi sehat
  2. Tinggal dalam lingkungan yang memiliki pendapatan yang memadai dan memiliki keluarga yang utuh.
  3. Sering terlibat dalam kegiatan yang bersifat merangsang kemampuan kognitif/ pikir, seperti suka membaca, suka berpergian, gemar belajar, gemar berada dalam kelompok untuk bertukar pikiran, merupakan seseorang yang professional pada bidangnya sehingga rajin menggunakan kemampuan pikirnya.
  4. Memiliki kepribadian yan fleksibel (mudah menyesuaikan kondisi dan tidak mudah stress)
  5. Memiliki pasangan yang bijak dan mudah diajak bertukar pikiran
  6. Merasa puas dengan prestasi yang dicapai oleh para usia lanjut di usia produktifnya.

Hal diatas menggambarkan jika seseorang menjaga apa yang diberikan Tuhan YME melalui kemampuan pikir dan kesehatannya, maka kemampuannya akan tetap bertahan sekalipun ia sudah berada pada usia lanjut. Usia yang bertambah tidak selalu membuat kemampuan kognitif akan hilang.

Seseorang yang aktif dalam lingkungannya membuat ia memiliki peluang yang lebih baik untuk mempertahankan kemampuan kognitifnya. Seseorang yang pasif digambarkan sebagai seseorang yang tidak menggunakan peluang waktu untuk menggerakkan pikiran dan fisiknya. Hal ini sangat memudahkan seseorang dekat dengan kelupaan bahkan menuju demensia. Seseorang yang pasif justru akan mendekatkkan dengan berbagai penyakit.

Selanjutnya, beberapa penelitian juga membuktikan jika sebenarnya otak memiliki kebutuhan untuk bekerja. Bekerja yang dimaksud adalah bekerja untuk melatih otak. Kegiatan-kegiatan rutinpun dapat dijadikan media untuk latihan para lanjut usia.

Tidak ada salahnya ketika seseorang gemar membaca maka tetaplah konsisten untuk melakukan kegiatan tersebut, menulis, mengisi teka-teki silang, ataupun bermain musik. Hobi yang dilakukan secara rutin ternyata memberikan asupan yang besar untuk mengurangi penurunan mental seseorang. Gerakan-gerakan yang dilakukan oleh jari, tangan, tubuh membuat motorik yang ada didalam tubuh tetap aktif, hal ini kemudian memicu kinerja otak. Hal ini menjauhkan para lanjut usia untuk terkena resiko demensia.

Memiminimalisasi resiko demensia juga erat kaitannya dengan kondisi mental yang sehat.. Individu dan keluarga perlu menjaga para lanjut usia untuk berada dala kondisi mental yang kondusif. Berusaha menciptakan kasih dan sayang di lingkungan keluarga dengan perhatian yang utuh membuat usia lanjut merasa bahagia.

Terdapat dua kondisi mental yang perlu dijaga, pertama kondisi mental yang terlalu tegang dan kedua kondisi mental yang mengarah pada kesedihan. Kondisi tegang akan memudahkan seseorang terkena demensia. Kondisi ketegangan memicu meningkatkan tekanan darah dan kardivaskular. Di situasi keluarga yang memiliki banyak masalah, membuat para lanjut usia terlalu berpikir keras.

Hal ini berbahaya bagi para lanjut usia. Keluarga perlu memilah hal yang perlu diketahui oleh para lanjut usia, bukan menyimpan atau membohongi namun memilah. Kondisi kedua yang juga mengganggu kondisi mental seseorang adalah situasi yang dapat menimbulkan kesedihan. Salah satu contohnya adalah Kesepian.

Kesepian ternyata dapat membuat efek penurunan mental. Seseorang yang merasa sepi dan sendiri perlahan menciptakan situasi kesedihan yang ditekan. Tidak jarang situasi yang tercipta membuat Para lanjut usia merasa depresif (sedih berkepanjangan dan kurang motivasi).. Resiko demensia akan lebih mudah diperoleh pada kondisi depresi. Menghindari hal ini Keluarga bisa  membuat sistem atau jadwal rutin kunjungan bagi para lanjut usia.

Ketika anak dan cucu memiliki kesibukan masing-masing maka perlu dibuatkan jadwal rutin. Kehadiran anggota keluarga dapat meningkatkan kebahagiaan dari para lanjut usia. Mereka dapat mencurahkan kasih, berkeluh kesah atau mengungkapkan keberhasilannya akan suatu hal. Ingat, kehadiran yang diperlukan bukan sekedar kehadiran secara fisik. Tinggalkan kesenangan dan gadget sesaat agar relasi yang terjalin lebih berkualitas. Kondisi mental yang sehat memberikan porsi yang besar untuk terkena resiko demensia.

Berikut beberapa hal yang dapat diusulkan untuk menghambat proses kemunduran kognitif (pikun) adalah:

  1. Tingkatkan daya ingat dengan selalu Latihan, mengulang proses, beri perhatian pada hal sehari-hari seperti membuat jadwal harian, dan mencoba mengatifkan ingatan ketika lupa dengan cara asosiasi (mencoba mengkaitkan hal yang terlupa dengan hal lainnya/ jangan mudah menyerah dan mengatakan lupa).
  2. Tingkatkan fungsi kesehatan pikiran dasar, dengan cara lakukan komunikasi yang efektif, sosialisasi, ibadah (peningkatan spiritual), rekreasi pikiran (seperti berpergian, melakukan hobi, olahraga), dan melatih emosi.
  3. Lakukan beberapa latihan otak secara intensif. Contoh :
  4. Latihan untuk melatih perhatian dan konsentrasi : dapat dilakukan dengan menjaga kontak mata ketika berkonsentrasi, bermain teka teki silang, membaca Koran, dll
  5. Latihan untuk melatih orientasi, contoh : lihat kalender setiap hari untuk mengingat hari, tanggal, bulan dan tahun. Bersosialisasi dan menyebutkan nama seseorang yang ditemui. Panggil nama anak dan cucu, serta berjalan-jalan sambil mengingat nama tempat terutama yang sering dilewati (dikunjungi). Dapat disebutkan pula kenangan-kenangan bersama waktu, tempat, atau orang tersebut.
  6. Latihan untuk mempertajam persepsi, contoh : mengenal suara, wajah, lokasi
  7. Latihan untuk mempertajam daya ingat jangka panjang :Mendengarkan/ bermain music kesukaan, hal ini juga akan meningkatkan memori melalui lirik lagu serta kenangan didalamnya.
  8. Latihan untuk menstimulasi fungsi otak dengan cara Senam otak, seperti gerakan menyilang yang umumnnya diajarkan pada gerakan senam lanjut usia.
  9. Latihan untuk menciptakan kondisi mental yang sehat, seperti melatih emosi, bersikap yang positif, bahagia dan toleransi.

Selanjutnya, ayo katakan tidak untuk pikun. Hidup sehat  secara fisik dan mental membuat terhindar dari resiko pikun/ demensia.

 

*) Psikolog di  RS Jiwa Dr Radjiman Wediodiningrat Lawang