Satu Suro, Hari Baik Penjamasan Tosan Aji

Prosesi penjamasan keris 1 Suro.(fathul)

MALANGVOICE – Ratusan keris dicuci pada 1 Suro kalender Jawa, di rumah komunitas ‘Jasa Pencucian Keris’ di Dusun Banaran, Desa Bumiaji, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu.

Penjamasan keris atau disebut penjamasan tosan aji, merupakan tradisi masyarakat Jawa secara umum. Tosan berarti besi atau logam, dan aji berarti mulia. Sehingga tosan aji berarti logal mulia, yakni keris itu sendiri.

Penyucian dimulai dari doa-doa dan mantra Jawa yang dibacakan oleh 10 penjamas. Keris itu kemudian dibagi menjadi empat tempat sesuai dengan porsi penjamasnya.

Setidaknya ada delapan ember disediakan untuk penjamasan. Setiap dua ember menjadi satu kesatuan yang berbeda isi. Ember pertama berisi bunga setaman dan bunga macan kerah, sedangkan ember kedua berisi mengkudu, jeruk nipis, dan belimbing wuluh.

Keris-keris ini dicopoti hingga lepas dari gagangnya. Ia kemudian dibasuh dan digosok menggunakan mengkudu dan jeruk nipis bercampur air kelapa agar hilang semua karatnya, serta menjaga kekuatan besi pilihan tersebut.

Prosesi penjamasan keris 1 Suro - (2)

Usai dibersihkan dari karat-karat, keris lalu dimasukkan ke ember berisi aneka bunga yang sebelumnya dicium oleh penjamas. Sembari menyuci, seluruh penjamas merapalkan mantra dengan wajah yang menengok ke kanan dan ke kiri.

Selesai berurusan dengan ember, keris memasuki tahap pelapisan tujuh macam minyak berwarna hitam. Dengan hati-hati, penjamas memolesnya sehingga keris seperti baru. Lalu keris diasapi dengan dupa yang menyebarkan aroma wangi.

“Tahap terakhir dari seluruh penjamasan ini adalah penayuhan. Penayuhan adalah mengajak dialog keris, kami tanyakan jenis keris, dapur, pamor, mpu, tahun pembuatan, dan khasiatnya,” kata Kepala Seksi Penjamasan, Joko Subadi.

Keris-keris yang sedang dijamas bukan hanya milik warga Bumiaji, tetapi dari daerah lain yang merasa membutuhkan jasa penjamasan. Mereka datang dari Surabaya, Sidoarjo, Magelang, dan Malang Raya.

Jumlah keris yang telah dijamas kurang lebih 108 bilah, dan kurang 46 bilah lagi selesai. Karena prosesnya lumayan lama, maka penjamasan sudah dimulai sejak semalam, tepat masuknya tanggal 1 Suro.

“Perlu diketahui bahwa kami tidak memberi makan jin, kalau orang kurang pemahaman penjamasan ini dikatakan syirik. Kita juga tidak memuja keris, kami tetap memuja dan meminta kepada Allah,” ungkap Subadi yang bergelar Dewo Rengkak ini.

Ditambahkan oleh Ketua Panitia Grebeg Suro Wonoaji, Abdul Hamid, keris-keris yang dijamas murni untuk melestarikan budaya. Penjamasan juga untuk meruwat keris-keris sebagai peninggalan kebesaran Jawa sehingga tidak punah.-