Satu Lagi Dosen Unisma Resmi Bergelar Doktor, Begini Penelitiannya

Farida saat ditemui di kantornya. (Anja a)

MALANGVOICE – Satu lagi dosen Universitas Islam Malang bergelar doktor. Ialah dr Farida Rusnianah MKes, yang saat ini menjabat sebagai wakil dekan Fakultas Kedokteran Unisma. Farida meraih gelar doktor bidang kesehatan masyarakat dari Universitas Indonesia (UI), Jakarta, 21 Mei 2018 lalu.

Faridah meneliti soal inovasi model pembelajaran dan penilaian berbasis tempat kerja untuk peningkatan kompetensi pelayanan komprehensif berpusat pada pasien bagi dokter di fasilitas kesehatan tingkat pertama.

“Ini kami kembangkan sebagai alternatif pembelajaran yang tidak semata berbasis universitas, dan untuk mencapai keahlian yang benar (true expert), model yang mampu laksana dan aplikatif. Model dirancang untuk meningkatkan kompetensi para dokter di fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) tentang pelayanan komprehensif berpusat pada pasien,” kata Farida saat ditemui MVoice di kantornya, Senin (28/5).

Penelitian ini, lanjut dia, melibatkan pasien, praktisi, pendidik dan ahli pendidikan, ahli layanan primer, serta klinisi dalam rancangan empat tahap action research (penelitian tindakan).

Selanjutnya, berdasar hasil penelitian ini, terbukti model PPBTK efektif mampu meningkatkan kompetensi dokter dalam pelayanan komprehensif berpusat pada pasien, menggeser paradigma dokter dari dokter center menjadi pasien center.

“Adalah bukti bahwa dokter di FKTP memerlukan adanya model pembelajaran yang mampu meningkatkan kompetensi mereka dalam pelayanan komprehensif berpusat pada pasien,” kata dia.

Dia juga berharap, media ini bisa menjadi alternatif pembelajaran dalam pendidikan post graduate untuk meningkatkan kompetensi dokter di FKTP yang bersinergi dengan program negara dalam penguatan layanan primer.

“Model terbukti implementatif menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik,” tukasnya.

Hal tersebut tentunya berimplikasi agar pemangku kebijakan terkait pendidikan berkelanjutan (P2KB) bagi dokter di FKTP, senantiasa secara proaktif mendukung peningkatan kompetensi pelayanan komprehensif berpusat pada pasien bagi dokter di FKTP dengan mengimplementasikan Model PPBTK. Demikian juga terhadap pendidikan kedokteran di Indonesia.

“Model PPBTK dapat digunakan sebagai model pembelajaran dalam pendidikan profesi, terutama pada saat pembelajaran tentang pelayanan primer. Instrumen penilaian yang digunakan di penelitian ini bisa digunakan pada pusat pendidikan profesi lanjutan, pengembangan sumber daya manusia di kementerian kesehatan, lembaga surveyor FKTP, sebagai instrumen penilaian tentang pelayanan komprehensif berpusat pada pasien bagi dokter di FKTP,” pungkasnya. (Der/Ery)