Saat Meninggal, Marlon Jalankan Misi Mendidik Co Pilot Jadi Kapten Pilot

Pesawat Hercules dari Malang Jatuh

Pemberangkatan jenazah Mayor (Pnb) Marlon Ardilles Kawer (Doc. Lanud Abdulrahman Saleh)
Pemberangkatan jenazah Mayor (Pnb) Marlon Ardilles Kawer (Doc. Lanud Abdulrahman Saleh)

MALANGVOICE – Jenazah pilot Hercules naas, type C-130 nomor A1334, Mayor (Pnb) Marlon Ardilles Kawer diterbangkan ke Biak, Papua pagi tadi sekitar pukul 07.30 WIB dari Lanud Abdulrahman Saleh.

Saat meninggal, Minggu (18/12) dia membawa serta 11 kru lainnya dan seorang penumpang, Kapten (Lek) Roni.

Bagi kerabat, Marlon adalah pribadi yang baik. Salah satu kakak kelasnya di SMAN 1 Biak, Didik sangat terkenang dengan sifat bapak dua anak yang ramah itu.

“Dia baik banget. Kawer itu marga Papua, bangga Papua punya putra daerah yang menjadi penerbang,” kata Didik, sesaat sebelum jenazah diterbangkan ke Biak.

Sebelum Marlon dinyatakan meninggal dalam menjalankan tugas, Didik sempat berkomunikasi melalui direct message di Instagram.

“Dia bilang di Instagram, kalau besok mau tugas ke Papua. Saya kaget begitu tahu pesawat yang dia terbangkan dinyatakan lost contact,” kata laki-laki yang juga jurnalis radio ini.

Marlon merupakan sosok family man. Hal ini terlihat dari postingan di akun instagram dia, @thenoghes.

Tanggal 13 November dia memposting foto kedua anak gadisnya yang cantik dan lucu. Caption yang ditulis Marlon ‘we are more beautiful than all the flowers arround’.

Masih di tanggal yang sama, dia memposting foto kedua anak gadisnya dengan caption ‘don’t afraid u shark, we have strong father’.

Marlon yang merupakan putra asli Biak tengah menjalankan misi upgrade profesionalisme penerbang.

“Dari co-pilot menjadi kapten pilot harus melewati tes-tes ini,” kata Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau), Marsekal TNI Agus Supriyatna.

Dia menjelaskan, sebelumnya yang melakukan misi ini sudah melahap seluruh wilayah barat dan dinyatakan lulus. Baru kemudian melahap daerah timur.

Agus menyebut, topografi bagian timur lebih menantang dibandingkan dengan wilayah barat.

“Setelah mencapai 750 jam di pesawat ini, dia harus melaksanakan upgrade dan dilatih oleh instruktur. Wilayah barat dinyatakan lulus baru ke wilayah timur,” kata dia.

Setelah melampaui 750 jam belum bisa dikatakan jadi kapten langsung. Melainkan harus melampaui 250 jam lagi. Sehingga, 1.000 jam di pesawat Hercules baru bisa dikatakan kapten.

“Misi semacam ini sudah terjadwal. Setelah jadi Mayor naik menjadi Komandan Skadron, dia lepas harus regenerasi,” lanjut Agus.

Saat kecelakaan, pesawat juga membawa serta semen dan bahan pokok yang menjadi permintaan pemerintah Papua.