Rumah Baca Mejikuhibiniu, Berdayakan Lingkungan dengan Buku

Ninik Iswahyuni di Rumah Baca Mejikuhibiniu, Sidomulyo, Batu. (fathul)

MALANGVOICE – Menumbuhkan kegemaran membaca dan menjaga kelestarian alam menjadi visi Rumah Baca Mejikuhibiniu, Jalan Mawar Putih, Desa Sidomulyo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu.

Nama Mejikuhibiniu identik dengan warna-warna penyusun pelangi, merah-jingga-kuning-hijau-biru-nila-ungu, digunakan untuk menunjukkan anggota rumah baca terdiri dari berbagai golongan.

Dari berbagai warna itu nanti akan muncul suatu keindahan yang harmonis. Bila warna pelangi ini digabung, akan menjadi warna putih yang melambangkan hal-hal baik dan menggambarkan kedamaian. Begitu filosofi pemilihan nama mejikuhibiniu.

Dalam rumah baca ini, ada beberapa kegiatan seperti diskusi, pelatihan, klinik psikologi, sosialisasi lingkungan hidup, dan wadah organisasi anak-anak, generasi muda, dan komunitas pengembangan sumber daya manusia.

Menempati rumah salah satu warga Sidomulyo, tentu di sekeliling rumah baca ini banyak tanaman bunga. Yang membedakan papan nama “Rumah Baca Mejikuhibiniu” dengan logo buku terbuka yang berbentuk seperti rumah.

Saat memasukinya, kita akan disuguhi berbagai jenis buku dalam rak lemari, atau pun bertumpuk di meja. Waktu itu tidak ada kegiatan diskusi sehingga suasana sepi. Pemilik rumah sekaligus direktur rumah bacanya sedang asyik merawat bunga.

“Kita ini mengemban misi sosial dengan pendampingan Lembaga Kajian Konservasi Lingkungan (LK2L). Jadi, harapannya rumah baca ini jadi solusi pemberdayaan masyarakat,” ungkap Direktur Rumah Baca Mejikuhibiniu, Ninik Iswahyuni.

Sebagai rumah baca, tentunya berbagai macam buku disediakan. Mulai dari sastra, kewirausahaan, ilmiah, sejarah, juga koran. Koleksi ini dikumpulkan oleh pengurus rumah baca secara swadaya, serta donasi dari beberapa warga yang peduli.

Buku-buku di rumah baca ini bisa dibaca gratis selama berada di sana. Jika dipinjam, akan dikenakan dana perawatan dan dananya digunakan untuk pengelolaan.

“Kami jadwalkan juga secara rutin forum kajian ilmu, bedah buku hingga diskusi terkait berbagai persoalan yang ada di masyarakat,” sambung Ninik.

Beberapa pelatihan juga menjadi agenda rumah maca. Misalnya setiap hari Selasa, siapa pun yang masuk ke sana harus menggunakan Bahasa Inggris. Program English Day ini juga menjadi ajang warga dan anggota rumah baca untuk berlatih bahasa Inggris.

Ada pula pelatihan membuat website, pelatihan kehumasan, hingga pelatihan kewirausahaan. Narasumbernya didatangkan dari beberapa akademisi dan praktisi yang menjalin kerja sama dengan rumah baca.

“Kami siapkan juga klinik keluarga yang bisa dimanfaatkan warga berkonsultasi terkait permasalahan yang mereka hadapi. Karena kami berada di masyarakat, jadi harus berdaya guna juga buat masyarakat,” tandasnya.-