Ruang Terbuka Hijau Hilang, Banjir Datang

Banjir Hantui Warga Malang Raya

Aktivis Walhi Jatim, Purnawan D Negara. (deny)
Aktivis Walhi Jatim, Purnawan D Negara. (deny)

MALANGVOICE – Kota Malang berada di dataran tinggi dengan luas 110,6 km², rasanya tak mungkin jika mengalami banjir. Akan tetapi beberapa tahun terakhir genangan air itu kerap terjadi.

Musim hujan di akhir tahun membuat masyarakat resah. Betapa tidak, setiap hujan tiba, air langsung “menghilangkan” aspal dan masuk ke rumah-rumah. Paling parah adalah banjir di Jalan Bendungan Sutami hingga Galunggung, Sabtu (26/11) lalu.

Genangan air waktu itu dilaporkan hingga mencapai punggung orang dewasa selama beberapa jam. Sampai-sampai banyak membuat orang heran termasuk musisi Iwan Fals.

Kebetulan saja Iwan melintasi kawasan itu dan melihat langsung genangan air di Jalan Galunggung. Ia kemudian berpesan saat konser tunggal pada Pemkot Malang, agar membuat resapan air atau biopori. “Bikin biopori biar airnya gak terbuang sia-sia,” ujarnya di depan para fans.

Menurut Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jatim, banjir yang terjadi bisa karena beberapa hal. Selain curah hujan tinggi, tak ada resapan air dinilai paling berpengaruh.

Ruang terbuka hijau (RTH) yang beralih fungsi menjadi lahan ekonomi juga jadi sebab utama masalah banjir di Kota Malang.

“Kota Malang sudah banyak kehilangan RTH dan diganti dengan mall atau perumahan mewah,” kata Aktivis Walhi Jatim, Purnawan D Negara.

Pria yang akrab disapa Pupung itu memberi contoh, Taman Indrokilo di belakang Museum Brawijaya dan kawasan Wilis hingga Pulosari yang dulunya resapan air, kini sudah tidak ada. Hal itu yang membuat genangan air meluap di Jalan Galunggung.

“RTH di Kota Malang hanya 2,5 persen. Padahal berdasar peraturan perundangan idealnya 30 persen, itu jauh sekali. Kebanyakan ya alih fungsi tadi,” tandasnya.