Rencana Pembangunan PLTPB, Nawakalam Gemulo: Urgensinya Apa?

Ilustrasi

MALANGVOICE – Isu akan dibangunnya Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) meresahkan beberapa pihak. Salah satunya adalah komunitas aktivis lingkungan Nawakalam Gemulo.

Pasalanya rencana pembangunan PLTPB itu berada di kawasan Gunung Arjuna yang masuk Kota Batu dan Mojokerto. Pembangunan PLTPB ini dikhawatirkan akan merusak lingkungan terutama aliran air dari Gunung Arjuna yang mengairi sawah pertanian Kota Batu dan Mojokerto.

“PLTPB ini membutuhkan air yang sangat banyak, otomatis mengambil dari sumber air, saat ini Kota Batu sudah kehilangan 50% sumber airnya,” jelas salah satu anggota Nawakgemulo, Pradipta Indra Ariono, Jumat (11/12).

Lahan konservasi sekitaran sumber air telah terampas oleh kepentingan komersil yang tidak mempertimbangkan faktor ekologis. Ditambah lagi, saat ini Pemkot Batu juga sedang melakukan revisi Peraturan Daerah (Perda) Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang mana secara prosedur dan substansi tidak berpihak pada masyarakat dan lingkungan.

“Bukan hanya soal perlindungan hak asasi manusia (HAM) tetapi juga hak generasi selanjutnya perlu diperhatikan dengan melakukan pembangunan yang terkontrol dan ramah lingkungan,” ungkapnya. Menurut Indra, kebutuhan listrik Kota Batu sudah tercukupi sehingga tidak ada urgensi untuk beralih pada PLTPB.

Dengan melihat geografis Kota Batu yang berada di dataran tinggi pegunungan PLTPB hanya akan menjadi permasalahan baru bagi warga Kota Batu terutama ancaman pada sumber mata air.

Bercermin dengan beberapa wilayah di Indonesia PLTPB mengalami dampak yang sangat merugikan salah satunya adalah di Mataloko, Nusa Tenggara Timur (NTT). Dimana munculnya sumur-sumur belerang disekitar wilayah proyek PLTPB ini yang mengakibatkan pertanian menjadi terganggu, bahkan pada tahun 2017 di Pohang, Korea Selatan terjadi gempa bumi yang di akibatkan oleh adanya aktivitas dari proyek panas bumi.

“Dengan adanya PLTPB Arjuno-Welirang dan Songgoriti tidak menutup kemungkinan dapat terjadi dampak yang sama, bahkan hingga saat ini tidak banyak masyarakat yang tahu megenai proyek PLTPB ini dan apa dampak negative dari adanya Geothermal,” keluhnya kembali.

Sebelumnya, melalui diskusi daring bertema ‘Pengembangan Energi Terbarukan di Jawa Timur’ Kepala Bidang Energi Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jatim, Oni Setiawan memberikan keterangan beberapa waktu lalu jika rencana konversi panas bumi di pegunungan Arjuno-Welirang menjadi energi listrik bakal segera dinikmati.

Saat ini, rencana yang merupakan bagian dari proyek strategis bidang kelistrikan itu telah memasuki tahap lelang. Pasalnya, Jawa Timur sendiri memiliki potensi panas bumi melimpah. Di Arjuno-Welirang saja, setidaknya ada tiga lokasi yang dipilih sebagai tempat pembangunan kemudian Songgoriti. Lokasi itu sudah ditetapkan ke dalam wilayah kerja panas bumi (WKP).

Beberapa tempat yang juga potensial untuk menambah bauran energi panas bumi diantaranya pegunungan Bromo Tengger Semeru, gunung Hyang Argopuro, serta Ijen di Banyuwangi. Bahkan, lokasi yang disebut terakhir diproyeksikan sebagai tempat pertama pembangunan PLTPB di Jawa Timur. Targetnya 2023 nanti terbangun.(der)