Pusat Studi ASEAN UMM Kembangkan Wawasan Asia Tenggara Mahasiswa

Mahasiswa saat seminar di Auditorium UMM, Jumat (istimewa)
Mahasiswa saat seminar di Auditorium UMM, Jumat (istimewa)

MALANGVOICE – Rendahnya pemahaman dan pengetahuan masyarakat tentang ASEAN Community di Indonesia menarik perhatian program studi Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang (HI UMM) untuk menggelar seminar bertajuk ‘Mengembangkan ASEAN We Feeling Melalui Pendidikan’.

Kegiatan digelar Pusat Studi ASEAN UMM yang dikelola HI UMM dengan Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN Kementerian Luar Negeri RI.

Diadakan di Auditorium UMM, Kamis (16/11), kegiatan ditandai dengan kunjungan lima Duta Muda ASEAN yang berasal dari Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Maluku, salah satunya mahasiswa HI UMM Lutfiya Al-Qarani.

Kunjungan dilakukan dalam rangka launchingASEAN Corner dan sosialisasi MEA pada Komunitas Sosial Masyarakat. Pondok Sinau Lentera Anak Nusantara di Kepanjen dan Malang Asean Youth Community HI UMM juga turut berpartisipasi dalam kegiatan ini.

Untuk memberikan pengetahuan lebih luas terkait masyarakat ASEAN Community, HI UMM menghadirkan langsung pembicara yang sudah berpengalaman. Yakni pejabat senior Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN Kementerian Luar Negeri, Foster Gultom.

Gultom mengungkapkan, masyarakat ASEAN 2025 harus memperhatikan prospek dan tantangan yang ada di Indonesia dengan melihat pada pilar ekonomi, pilar politik keamanan dan pilar sosial budaya.

“Tantangan kita sebagai masyarakat Indonesia bukanlah kita, tapi integritas dengan negara-negara lain di Asia Tenggara. ASEAN Community mensyarakatkan kita untuk berintegrasi, berbagi dan dapat menjalin relasi dengan negara-negara lain,” tukas mantan Dubes Indonesia untuk Korea Selatan ini.

Selanjutnya, pembicara kedua adalah Gonda Yumitro selaku Kepala Prodi HI UMM. Dalam paparan hasil risetnya tentang ‘Model Komprehensif Integrasi Mahasiswa Thailand di UMM menghadapi ASEAN Community’, Gonda melihat bahwa keberadaan mahasiswa Thailand di Indonesia selain untuk belajar juga ada integrasi yang terbentuk secara natural melalui dunia pendidikan.

Mereka mulai lancar berbahasa Indonesia, mengerti budaya Indonesia, menyukai makanan khas Indonesia merupakan sebuah upaya mempersiapkan diri untuk lebur dalam ASEAN Community.

“Globalisasi saat ini tidak bisa ditolak, maka semua pihak harus merapatkan barisan agar tidak tertinggal,” tutup Gonda.(Der/Aka)